Kompas TV kolom opini kompasianer

Mengenang Sejarah Transportasi Trem Kuda di Jakarta yang Melahirkan Istilah "Kuda Gigit Besi"

Kompas.tv - 6 Agustus 2023, 18:35 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.tv

mengenang-sejarah-transportasi-trem-kuda-di-jakarta-yang-melahirkan-istilah-kuda-gigit-besi
Dimulainya operasional trem listrik di Batavia pada 1899 (Sumber: CHARLS VAN ES & CO/ARSIP KITLV via Kompas.id)
Penulis : Djulianto Susantio

Tentu karena rute terlalu jauh ditambah beban terlalu berat, timbul persoalan pada trem kuda. Sebagai makhluk hidup, kekuatan kuda pasti ada batasnya. 

Yang sering terjadi, kuda kelelahan di tengah jalan sehingga trem mogok. Bayangkan, kalau penumpang sedang terburu-buru.

Dampak lain, jalanan menjadi kotor karena kotoran kuda bertebaran sepanjang jalan. Setelah itu, pejabat Kotapraja Batavia mengeluarkan peraturan bahwa pada bagian belakang kuda harus diberi karung agar kotorannya tidak berjatuhan di jalan.

Diskriminatif

Pada waktu itu fasilitas trem masih sangat diskriminatif. Warga Eropa tentu saja mendapat fasilitas utama. Menyusul bangsa Timur dan paling buncit warga bumiputera. Setiap gerbong dibedakan berdasarkan kelas.

Setiap satu rangkaian ada kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Kelas 3 berupa gerbong terbuka untuk warga bumiputera. Bangsa Eropa mendapat kelas 1. Kelas 2 untuk warga Tionghoa, Arab, dan Indo.

Trem kuda di Amsterdamsche Poort (Sumber: Tropenmuseum via Wikimedia)

Tarif untuk kelas 1 sebesar 20 sen untuk sekali jalan atau 35 sen untuk pergi pulang. Sementara harga karcis kelas 3 hanya 15 sen. Ternyata, pendapatan terbesar berasal dari warga bumiputera, yakni mencapai 85% dari penjualan karcis.

Trem kuda mampu mengangkut 40 penumpang. Sumber lain mengatakan tarif 10 sen dikenakan untuk rute Amsterdamsche Poort -  Kramat, Amsterdamsche Poort -- Tanah Abang, dan Kramat -- Jatinegara.  Waktu operasi trem kuda pukul 05.00 hingga pukul 20.00.

Banyak Kuda Jadi Korban

Setiap tahun tidak kurang 545 kuda menjadi korban dari trem tersebut. Karena dianggap kurang efektif, trem kuda hanya bertahan sekitar 12 tahun. 

Setelah berkembang teknologi mesin uap, trem kuda digantikan trem mesin uap pada 1 Juli 1883.  Trem uap mampu mengangkut penumpang lebih banyak dengan waktu tempuh lebih cepat.

Selain foto dan lukisan, bukti adanya trem kuda tergambar dari temuan-temuan arkeologi di sekitar stasiun Kota. Mengingat akan dibangun jalur MRT, maka beberapa tahun lalu dilakukan ekskavasi arkeologi. 

Nah, dalam kegiatan itu ditemukan beberapa bagian dari trem kuda, seperti sadel, mur, baut, dan sepatu kuda. Ini pernah dikatakan arkeolog Argi Arafat dalam seminar tentang moda transportasi pada Sabtu, 24 September 2022, di Museum Sejarah Jakarta.

Soal transportasi Jakarta bisa disaksikan di halaman dalam Museum Sejarah Jakarta dalam pameran bertajuk Jejak Memori Moda Transportasi di Ibukota Jakarta. Pameran berlangsung hingga 30 September 2022. Ayo mumpung belum terlambat.

***

Bacaan Pendukung:

  • Mona Lohanda dkk. Moda Transportasi di Jakarta: Dulu, Sekarang, dan Mendatang (Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah, 2015)
  • Katalog Pameran Jejak Memori Moda Transportasi di Ibukota Jakarta (Museum Sejarah Jakarta, 2022)

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Trem Kuda Pernah Ada di Jakarta, Melahirkan Istilah "Kuda Gigit Besi""



Sumber : Kompasiana



BERITA LAINNYA



Close Ads x