"Drama" berakhir, Putin pilih tidak hadir dan mengutus Menlu Sergei Lavrov. KTT juga dihadiri para kepala institusi dunia, seperti Sekjen PBB Antonio Guterres, Managing Director IMF Kristalina Georgieva, Presiden Uni Eropa Charles Michel, WTO Director-General Ngozi Okonjo-Iweala, dan WHO Director-General Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Hadirnya begitu banyak tamu undangan, sangat melegakan, membanggakan. Tapi pada saat yang bersamaan, tuan rumah, Presiden Jokowi, harus mengatasi lebih banyak ketegangan geopolitik daripada yang dia harapkan sebagai tuan rumah KTT.
Bagaimana, misalnya mengakomodasi kepentingan pemimpin AS dengan sekutu-sukunya negara Barat, Jepang, Korsel, dan Australia, tanpa mempermalukan Moskow. Demikian juga, bagaimana mengakomodasikan keinginan China, India, Afrika Selatan, dan Brasil yang "dekat" dengan Rusia, tanpa menyinggung AS dan teman-temannya.
Tapi kata Antonio Guterres, "Saya harus mengatakan bahwa saya sangat mengagumi apa yang telah dilakukan Indonesia, dan khususnya, tindakan Presiden Widodo."
Antonio Guterres masih menambahkan, "Saya pikir dalam konteks yang sangat sulit di mana perpecahan geopolitik telah mencapai klimaksnya, Indonesia telah menunjukkan kapasitas yang sangat besar untuk menyatukan berbagai pihak untuk mempromosikan dialog dan mencoba mendorong solusi.
Dan, ternyata hal itu terjadi, pada akhirnya dengan disepakatinya Leaders' Declaration Bali, setelah melalui jalan panjang dan tak mudah. Istilah Antonio Guterres, G20 adalah ground zero untuk menjembatani perbedaan dan menemukan jawaban atas krisis dewasa ini dan banyak persoalan yang dihadapi dunia.
“Pada akhirnya, negara-negara Barat tersentak. Mereka berkedip; Indonesia mendapatkan apa yang diinginkannya,” kata Aaron Connelly, seorang peneliti di International Institute for Strategic Studies kepada VOA (14 November 2022).
Ini adalah hasil dari kerja keras diplomasi yang tak kenal lelah dari Menlu Retno Marsudi dan seluruh lini diplomat Indonesia sebagai yang di lapangan. Selain, tentu, usaha keras yang dilakukan Presiden untuk terus meyakinkan para pemimpin negara anggota G20, akan arti penting KTT G20 di saat ini dalam usaha mengatasi persoalan dunia yang demikian banyak dan berat.
Melakukan pertemuan sukses dari begitu banyak pemimpin dunia, pemimpin perusahaan besar, industri besar, dan keuangan di sebuah pulau yang merupakan destinasi pariwisata termuka, tentu mengisahkan tentang banyaknya pekerjaan yang bisa diselesaikan secara baik oleh tuan rumah.
Inilah kemenangan diplomatik Indonesia sebagai tuan rumah KTT. Bahwa KTT merupakan kemenangan diplomatik selama masa perang adalah bukti yang jelas atas pencapaian tinggi Indonesia sebagai pemegang mandat presidensi.
Tepat yang dikatakan Antonio Guterres bahwa G20 menjadi ground zero. Indonesia sebagai kekuatan nonblok berhasil menyatukan kekuatan besar yang saling berselisih dalam urusan banyak hal.
Di Bali, para pemimpin melakukan pertemuan bilateral. Banyaknya pertemuan bilateral di tengah-tengah KTT, pertama menandai kembalinya sepenuhnya diplomasi tatap muka (in-person diplomacy) antar-para pemimpin dunia. Dan, kedua, menggambarkan keberhasilan KTT.
Dialog bilateral sangat penting bagi negara mana pun untuk terlibat langsung dengan negara lain, apakah mereka berada di lingkungan terdekat atau di luarnya. Sebagai hasil dari keterlibatan ini, negara memperkuat tujuan mereka sendiri.
Dan, pertemuan bilateral meletakkan dasar untuk membangun koalisi kepentingan di forum regional dan multilateral. Kekuatan koneksi bilateral suatu negara memengaruhi posisinya di arena global. Dalam rumusan lain, pertemuan bilateral meningkatkan kesaling-pemahaman dan kerja sama antar-negara.
Salah satu pertemuan bilateral yang paling mendapat sorotan adalah pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping. Sangat masuk akal kalau pertemuan keduanya sangat menarik dan menjadi fokus sorotan. Ini pertemuan langsung pertama antara keduanya.
Pertemuan itu terjadi di saat tiga ketegangan yang meningkat atas Taiwan, kontrol ekspor AS yang belum pernah terjadi sebelumnya pada teknologi canggih yang dikenakan terhadap China, meningkatkan uji coba rudal Korea Utara, dan perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Kata David Sacks (Council on Foreign Relations, 15 November) meskipun pertemuan antara Biden dan Xi tidak menghasilkan terobosan apa pun dalam hubungan AS-Tiongkok, tapi adalah batasan yang terlalu tinggi mengingat keadaan hubungan tersebut. Namun, kedua belah pihak memberi isyarat bahwa mereka ingin membangun landasan untuk hubungan dan membangun pagar pembatas untuk mencegah persaingan berubah menjadi konflik.
Xi Jinping juga bertemu dengan PM Jepang Fumio Kishida. Ini pertemuan pertama mereka. Xi Jinping juga bertemu dengan PM India Narendra Modi; Presiden Perancis, Emanuel Macron; dengan PM Australia Anthony Albanese, yang merupakan pertemuan pertama. PM Inggris Rishi Sunak ketemu PM India Narendra Modi; Narendra Modi bertemu Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Masih banyak pertemuan bilateral lain di sela-sela KTT G20. Tentu juga belasan pertemuan bilateral antara Presiden Jokowi dengan para pemimpin negara lain. Presiden Jokowi antara lain bertemu secara bilateral dengan Joe Biden, Xi Jinping, Fumio Kishida, Presiden Komisi Eropa Ursula Von Der Leyen, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Anthony Albanese, dan Emmanuel Macron.
Maka, sangat bisa dipahami kalau Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga mengapresiasi kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada KTT G20 yang dinilai mampu mendorong dialog guna kepentingan seluruh warga dunia.
Maka, kiranya sudah layak dan sepantasnya, Pemerintah Indonesia mendapatkan ucapan selamat yang tulus atas keseluruhan pekerjaan yang dilakukan dengan baik. (Bersambung....)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.