Kompas TV kolom opini

Perseteruan Ganjar vs Puan: Perlu untuk Elektabilitas?

Kompas.tv - 14 Juni 2022, 19:21 WIB
perseteruan-ganjar-vs-puan-perlu-untuk-elektabilitas
Kolase Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. (Sumber: Kolase TribunKaltara.com / Kompas.com/Riska Farasonalia)

Sementara, Poltracking Indonesia yang merilis hasil survei beberapa hari sebelumnya (9 Juni 2022), menyebut Ganjar dipilih 26,9 persen responden, sementara Prabowo Subianto dan Anies Baswedan masing-masing dipilih 22,5% dan 16,8% responden.

Dalam mesin pencari Google, nama Ganjar Pranowo muncul 16,8 juta kali, sementara Prabowo Subianto muncul 5 juta kali, dan Anies Baswedan muncul 14,4 juta kali.

Bila kita menggunakan tools Google Trends dengan periode pencarian di web selama 90 hari, nama Ganjar Pranowo menduduki rangking kedua. Posisi pertama adalah Anies Baswedan, dan posisi ketiga adalah Prabowo Subianto.

Belajar dari Pemilu 2014

Pertanyaan berikutnya: apakah Megawati bakal memilih Ganjar daripada Puan Maharani, putrinya sendiri dan penerus tahta kepemimpinan PDI Perjuangan? Saya tidak tahu. Namun, selain teori kemungkinan, politik adalah rasionalitas kepentingan. 

Tahun 2014, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati paling tidak memiliki tiga pilihan, yakni (1) maju sebagai calon presiden; (2) mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden sesuai dengan “Perjanjian Batu Tulis”; dan (3) memilih Jokowi yang memiliki popularitas dan elektabilitas tinggi sebagai calon presiden. 

Keputusan Ketua Umum PDI-P Megawati di Pemilu 2014 membuktikan bahwa politik adalah kemungkinan yang juga dilandasi oleh rasionalitas, bukan sekadar intuisi saja. 

Baca Juga: Ganjar Pranowo: Saya Enggak Pernah Dibuang, Saya Masih di Kandang

Dalam konteks hari ini, PDI-P sudah memiliki kader yang berpotensi sebagai calon presiden, yakni Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. Yang dibutuhkan adalah kepastian untuk menang. Apa itu? Jokowi’s Effects, yakni seorang kandidat memiliki tingkat elektabilitas sekaligus popularitas yang tinggi. Apalagi, PDI-P bisa memajukan calonnya sendirian tanpa harus berkoalisi.

Sayang, belum ada satu pun dari kandidat tersebut memiliki Jokowi’s Effects. Terlebih, pemilu masih jauh. Butuh stamina dan strategi untuk terus menaikkan elektabilitas calon.

To be continued

Saya menduga “Drama: Ganjar dan Puan” ini akan terus berlanjut. Tentu dengan berbagai variasi dan gimmick. Kontroversi akan mencuri perhatian, yang berlanjut menjadi perbincangan. Dari perbincangan, akan menguatkan top of minds calon pemilih.

Hasil survei Charta Politika tidak hanya menunjukkan elektabilitas personal dari calon presiden, namun juga menyebut bahwa PDI Perjuangan tetap menjadi pilihan pertama dari responden survei sebesar 24,1%.

Jadi tidak hanya para calon yang mendapat untung dari drama ini, tetapi juga partai.

Kalau Korea Selatan dan Korea Utara saja bisa bekerja sama dalam memunculkan sebuah lakon, kenapa politisi kita tidak?

 


 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x