Kompas TV kolom catatan jurnalis

Kisah Anak dengan HIV/AIDS: Saya Harus Diam Karena Takut Dikucilkan

Kompas.tv - 1 Desember 2020, 18:12 WIB
kisah-anak-dengan-hiv-aids-saya-harus-diam-karena-takut-dikucilkan
Foto Ilustrasi Anak Dengan HIV/AIDS (Sumber: Yayasan Syair.Org)
Penulis : Yasir Nene Ama

ODHA Rentan Stigma Negatif Warga

Alasan Shinta meminta anaknya untuk merahasiakan kondisi mereka karena ia masih takut akan stigma negatif masyarakat.

“Masih banyak orang yang menilai buruk tentang kami makanya saya takut kalau orang tahu. Apalagi teman dan guru sekolahnya Nisa. Saya takut anak saya dijauhi atau bahkan dikeluarkan dari sekolah,” ujar Shinta.

Shita juga menceritakan tentang nasib beberapa anak dengan HIV/AIDS yang harus pindah sekolah karena pihak sekolah dan pindah tempat tinggal karena tahu sang anak positif HIV.

Hal sama juga disampaikan Nisa. Ia sangat merahasiakan kondisinya karena takut akan dikucilkan atau dikeluarkan dari sekolahnya.

 "Kalau ditanya-tanya, saya harus diam Kak. Saya takut dikucilkan,” ungkap Nisa.

Ayo Hilangkan Stigma Negatif kepada ODHA

Ketua Pengurus Yayasan Syair.org Ahmad Syaiful mengajak masyarakat menghilangkan stigma negatif kepada ODHA.

"Meski jumlah stigma negatifnya mulai berkurang tapi masih ada stigma negatif itu, anak binaan kami ada yang bahkan sampai diminta keluar dari sekolahnya karena tahu dia positif. Makanya kami di Syair gencar untuk kampanye dan edukasi ke masyarakat,” tegas Syaiful.

Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh Yayasan syair.org untuk mengilangkan stigma negatif itu seperti melakukan kampanye edukasi soal HIV/AIDS, mengajak relawan untuk jadi volunteer tenaga pengajar sehingga bisa kenal dengan anak anak  HIV.

Selain itu Yayasan ini aktif membagikan bantuan kepada keluarga ODHA yang kurang mampu.

Namun beberapa kegiatan ini terhenti selama pandemi. Bahkan tempat belajar anak anak binaan terancam selesai tahun depan karena tidak ada lagi donator.

"Selama pandemi donatur mulai berkurang, padahal kelurga ODHA yang kurang mampu masih butuh bantuan, terlebih saat pandemi. Yang paling kami khawatirkan adalah sewa tempat yang akan selesai tahun depan dan belum bisa dilanjutkan,” ujar Syaiful.
 
Jika nantinya tidak ada lagi tempat belajar seperti di Syair.org, tentu yang akan merasa paling sedih adalah Nisa dan teman-temannya.

Karena di sini bukan hanya sebagai tempat untuk belajar, tapi di tempat inilah mereka diterima dengan baik tanpa ada stigma negatif. Mereka diajarkan bagaimana menghadapi stigma negatif dengan mengubahnya menjadi hal yang positif.

“Sampai ketemu lagi ya, Kak di Syair. Nanti kita belajar bareng lagi sama yang ini. I miss you,” ucap Nisa menutup percakapan dengan saya.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x