JAKARTA, KOMPAS.TV – Setiap perayaan Natal seringkali dihiasi dengan dekorasi bernuansa merah dan hijau. Mulai dari pernak-pernik, lampu, pohon cemara, kostum sinterklas, dan sebagainya.
Pernak-pernik Natal tersebut ternyata mempunyai makna khusus, loh. Beberapa hiasan itu lahir dari sejarah masa lampau yang kemudian menjadi tradisi saat perayaan Natal.
Berikut beberapa makna di balik hiasan yang biasa digunakan saat Natal, dilansir dari berbagai sumber.
Christmas wreath atau karangan bunga ini dipasang di pintu bagian depan. Kata “wreath” berasal dari kata bahasa Inggris kuno, yang berarti menggeliat atau memelintir. Dibuat dari serangkaian buah, mistletoe, tanaman cemara, perada, dan sebagainya.
Hiasan hijau (biasanya dari dahan pohon cemara) dipelintir menjadi lingkaran layaknya mahkota. Bentuknya yang melingkar itulah, tidak mempunyai awal dan akhir, melambangkan keabadian, lingkaran kehidupan, dan harapan yang tak ada habisnya, dan mulai digunakan saat Natal dan digantung. Eropa Utara juga memaknai lingkaran hijau yang tak terputus sebagai kasih abadi Tuhan.
Pada abad ke-18, kebiasaan menghias pohon Natal sudah layak terjadi di Prancis, Jerman, dan Austria. Oleh karena hijau sepanjang tahun, pohon cemara melambangkan harapan.
Selain itu, pohon Natal ini banyak melambangkan peristiwa yang terjadi dalam Alkitab seperti pohon Firdaus yang asli, semak menyala yang berbicara kepada Musa, pohon salib Kristus yang memberi kehidupan, dan beberapa kisah lainnya.
Di antara orang Mesir kuno, Celtic, Druid, Romawi, dan Viking, tanaman ini diyakini menjauhkan kejahatan dan penyakit. Sekarang, tiga sudut segitiga mewakili Tritunggal Mahakudus Kekristenan - Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Tinsel atau perada adalah untaian logam tipis yang digunakan dalam dekorasi Natal. Sejarah menyebut, ini berasal dari tradisi Natal Jerman terkait asal mula perada. Untaian perada Natal asli bukan hanya berwarna perak, tetapi sebenarnya terbuat dari perak sungguhan.
Perak tersebut dipalu super tipis dan dipotong-potong. Namun, karena asap dari lilin di pohon Natal mengubah perada perak menjadi hitam, perada pun berevolusi. Sekarang bahkan ditemukan dalam berbagai bentuk dan warna. Ada perada emas, perada warna-warni, karangan bunga perada, dan pohon Natal yang seluruhnya terbuat dari perada.
Sebelum lampu kelap-kelip digantung di pohon Natal asli, orang menggunakan lilin, yang tentu membawa risiko besar. Dengan penemuan bola lampu Edison dan bahaya kebakaran, Johnson kemudian melihat peluang.
Ia yang merupakan pemilik bagian dari Edison Lamp Company, membuat ide untuk mempromosikan lampu kelap-kelip yang bisa digunakan untuk merayakan Natal. Bagi orang Kristen sendiri, lampu melambangkan Yesus sebagai Terang Dunia, dan yang datang untuk menyelamatkan orang dari kegelapan
Namun, dari sisi sederhananya, masa Natal datang pada saat musim dingin dan membuat langit menjadi lebih gelap di sebagian besar dunia. Jadi, mendekorasi dengan lampu yang terang menjadi masuk akal tanpa perlu memikirkan maknanya.
Banyak orang menghiasi pohon mereka dengan bintang yang dipasang di atas pohon Natal dan yang lainnya menghiasi puncak pohon dengan malaikat Natal.
Hiasan bintang ini, mungkin salah satu simbol Natal yang tertulis di Alkitab. Ini mewakili bintang yang muncul di langit setelah Yesus lahir, yang kemudian memimpin Tiga Orang Majus untuk mengunjunginya di Betlehem. Bintang tersebut juga mengingatkan orang Nasrani untuk mengikuti Yesus seperti cahaya penuntun mereka sendiri.
Sementara, malaikat mewakili peran malaikat dalam kelahiran Yesus. Seperti yang diceritakan dalam kisah Alkitab yang paling terkenal, malaikat muncul di langit di atas Betlehem untuk mengumumkan kelahiran penyelamat..
Permen tongkat berbentuk seperti kait gembala, mengingatkan kita bahwa Yesus, “Gembala yang Baik”, yang menjaga kawanannya tetap aman. Garis merah melambangkan pengorbanan Kristus dan latar belakang putih kesucian-Nya. Permen ini memiliki rasa peppermint, mengingatkan pada hisop yang memiliki tujuan pengobatan.
Namun, tak ada legenda yang pasti tentang permen ini karena terdapat pandangan yang berbeda-beda. Beberapa mengklaim bahwa bentuk permen sebenarnya adalah "J" untuk Yesus, dan bahwa garis-garis merah dan putih mewakili darah dan kemurnian. Akan tetapi, tidak ada bukti sejarah untuk cerita permen tongkat ini.
Stoking atau kaos kaki yang tergantung menjadi salah satu simbol Natal yang paling dikenal. Tradisi memasukkan hadiah ke dalam stoking Natal berasal dari tradisi lain tentang Santo Nikolas, Uskup Myra.
Kisah paling populer mengatakan bahwa seorang lelaki tua khawatir tentang masa depan ketiga putrinya, karena dia tidak punya cukup uang untuk memberi mereka mahar pernikahan yang bagus.
Santo Nikolas rupanya mendengar tentang penderitaan mereka dan ingin membantu tetapi tahu bahwa pria itu tidak akan menerima amal. Sebagai gantinya, lewat cerobong asap pria tua tersebut, Santo Nikolas memasukkan emas ke masing-masing kaus kaki anak perempuan, yang digantung di dekat perapian.
Lonceng adalah bagian dari peristiwa penting dan perayaan jauh sebelum Kekristenan, dan suara yang dibuat awalnya digunakan untuk mengusir roh jahat.
Belakangan, lonceng digunakan untuk mengumumkan momen besar, baik atau buruk, itulah sebabnya lonceng digunakan untuk mengabarkan kelahiran Kristus. Ketika gereja-gereja Kristen berkembang di seluruh Eurasia, lonceng menjadi fitur standar mereka karena mereka mengumumkan dimulainya kebaktian gereja kepada masyarakat.
Lonceng Natal kemudian berkembang menjadi digunakan sebagai alat musik untuk anak-anak dan penyanyi. Hal itu kemudian berkembang menjadi salah satu ornamen Natal yang paling umum
Perayaan Natal juga identik dengan bagi-bagi kado atau bertukar kado. Hadiah-hadiah Natal ini asal-usulnya bisa ditemukan dalam salah satu cerita Alkitab. Dalam kisah tersebut disebutkan bahwa tiga orang Majus tiba dengan membawa hadiah untuk bayi Yesus yakni emas, kemenyan dan mur.
Sumber : nolacatholic.org/goodhousekeeping.com/greenglobaltravel.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.