Ia yang kemudian memimpin De Expres, surat kabar berbahasa Belanda yang diterbitkan di Bandung dan memperlihatkan bagaimana mestinya jurnalisme politik anti pemerintah.
Douwes Dekker selanjutnya mendirikan partai politik pertama, IP, dan memperlihatkan bagaimana mestinya sebuah partai politik. Lewat IP pula ia menunjukkan bagaimana seharusnya rapat raksasa berlangsung di Hindia Belanda pada tahun 1912.
Adapun, Komite Pusat IP dipimpin bersama oleh DD sebagai ketua dan Tjipto sebagai wakil ketua. Sejak propaganda IP mengisi surat kabar De Expres dan digiatkan di Belanda, kebanyakan anggota IP adalah orang- orang Indo.
4. Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara atau Raden Mas Suwardi Suryaningrat sangat identik dengan dunia pendidikan. Dialah tokoh pendiri Taman Siswa. Sebuah lembaga pendidikan pertama yang memberikan kesempatan bagi rakyat pribumi menengah ke bawah untuk mengenyam pendidikan yang sama dengan bangsawan kala itu.
Lebih jauh, ia merupakan anak muda radikal pada tahun 1910-an, lalu berbelok menjadi politisi kebudayaan nasionalis konservatif yang memainkan peran amat penting dalam merumuskan ideologi "kekeluargaan" pada tahun 1920-an.
Putra Pangeran Soerjaningrat dari Istana Pakualaman ini pindah ke Bandung pada tahun 1912 yang kemudian bergabung dengan De Expres sebagai editor di bawah Douwes Dekker. Suwardi hadir sebagai pahlawan radikal muda brilian, kurang dari setahun setelah bekerja di situ.
Ia mengritik kontradiksi perayaan besar-besaran kemerdekaan Belanda dari jajahan Perancis yang diadakan di Hindia Belanda, sementara Pemerintah Belanda masih menjajah di tempat perayaan itu berlangsung. Judul artikel Seandainya Saya Orang Belanda, itulah yang bisa dikatakan sangat radikal.
Singkat cerita, hal itulah yang membuat pemerintah kala itu mengambil tindakan dengan segera “membuang” Suwardi, sebagaimana Cipto dan Douwes Dekker dari Hindia Belanda.
5. Cipto Mangunkusumo
Dokter Cipto Mangunkusumo merupakan seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia bersama dua rekannya yang disebut dengan Tiga Serangkai.
Lahir tahun 1886 di Ambarawa, Cipto adalah putra seorang guru sekolah negeri. Cipto berprofesi sebagai dokter tetapi sekaligus pemberontak yang tak dapat menahan diri memperlihatkan kegeramannya pada kekuasaan dan kemegahan.
Ia juga pernah diberi tanda jasa Ridderkruis of the Oranje- Nassau Order oleh pemerintah karena pekerjaannya sebagai seorang dokter di Malang menghadapi wabah pes tahun 1912.
Singkatnya, Cipto adalah evolusioner sekaligus revolusioner. Ia menaruh perhatian utama pada pembangunan yang "sehat" di Hindia Belanda, khususnya orang Jawa, dari kepatuhan kepada evolusi kebangkitan.
Mereka aktif dalam tahun-tahun 1910-an dan 1920-an ketika Hindia masih di bawah kekuasaan Belanda dan "Indonesia" masih harus dilahirkan.
Sumber : Kompas TV/Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.