BUENOS AIRES, KOMPAS.TV – Sebelum dikenal dunia sebagai Paus Fransiskus, Jorge Mario Bergoglio sudah memilih jalannya: hidup bersahaja dan dekat dengan rakyat.
Pilihannya tak hanya tercermin dalam tindakannya, tetapi juga dalam hal sederhana—sepatu hitam yang ia beli dari toko kecil di lingkungan masa kecilnya di Buenos Aires, Argentina.
Sepatu itulah yang ia kenakan, bahkan setelah melangkah ke Vatikan sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik dunia.
Sepatu itu bukan buatan rumah mode ternama, bukan pula bagian dari aksesoris megah khas Vatikan.
Sepatu itu buatan tangan dari toko sepatu keluarga yang telah berdiri sejak 1945, Muglia Shoes.
Letaknya hanya beberapa langkah dari Basilika San José de Flores, tempat Jorge Mario Bergoglio—nama kecil Paus Fransiskus—pernah bertugas sebagai pastor Jesuit muda.
Baca Juga: Dokter Kepausan Ceritakan Detik-Detik Terakhir Paus Fransiskus
Juan Jose Muglia (52), generasi ketiga dari keluarga pembuat sepatu itu, masih mengingat cerita turun-temurun soal pelanggan setianya yang kemudian dikenal sebagai Paus Fransiskus.
Sang Paus membeli sepatu yang sama sejak usia 20-an, sepatu model loafers hitam dengan sol antiselip.
”Ayah dan kakek saya sering cerita bagaimana Pastor Jorge datang dari gereja di ujung jalan untuk membeli sepatu-sepatu ini, itu adalah sepatu yang ia sukai, ia memakainya sepanjang waktu,” kata Muglia dikutip dari Associated Press, Kamis (24/4/2025).
Sepatu itu kini dijual seharga sekitar 170 dollar AS—jauh lebih mahal dari harga yang dibayar Bergoglio puluhan tahun lalu—karena tingginya inflasi di Argentina. Meski demikian, modelnya tak banyak berubah.
“Sepatunya sederhana, jenis sepatu yang disukai para pelayan restoran saat ini,” kata Muglia sambil mengangkat sepasang sepatu loafer bertali buatan tangan. “Sepatu ini bisa bertahan bertahun-tahun.”
Paus Fransiskus dikenal menolak segala bentuk kemewahan sejak awal masa kepemimpinannya pada 2013.
Ia menolak mengenakan sepatu merah sutra seperti pendahulunya, Paus Benediktus XVI, dan memilih tetap memakai sepatu hitam kesayangannya dari Flores.
Ketika Muglia menawarkan sepasang sepatu baru untuk menyambut awal masa kepausan Fransiskus, sang Paus menolaknya dengan alasan medis.
Kakinya yang sudah membengkak tak lagi cocok memakai sepatu yang sama, dan ia membutuhkan sepatu dengan sol ortopedi yang lebih fleksibel.
Namun, pesan kesederhanaan tetap ia bawa. Ia memilih memakai jubah putih biasa, menolak limusin kepausan, dan menggunakan mobil Ford Focus untuk aktivitas sehari-hari di Roma.
Wafatnya Paus Fransiskus pada Senin (21/4/2025) membuat kawasan Flores kembali ramai.
Warga, jurnalis, dan peziarah berdatangan untuk mengenang sosok yang pernah hidup sederhana di tengah mereka.
Di toko Muglia Shoes, potret besar Paus Fransiskus kini terpajang di jendela toko.
Para pelanggan datang untuk melihat langsung model sepatu yang dulu dikenakan Paus, bahkan ada yang ingin memesannya.
Baca Juga: Tak Pernah Luntur, Begini Perjalanan Paus Fransiskus Bela Para Migran dan Pengungsi
”Banyak pastor dari berbagai gereja di Buenos Aires, bahkan ada yang datang dari Roma, membeli sepatu ini sejak dulu,” ujar Muglia.
“Sekarang makin banyak yang penasaran," imbuhnya.
Di kios koran dekat toko sepatu, Antonio Plastina (69) mengisahkan kenangan ringannya bersama Fransiskus.
“Kami sering ngobrol tentang sepak bola dan politik, seperti dua warga biasa,” katanya.
Ia masih mengingat kebiasaan Paus yang setiap Minggu membeli dua koran nasional dan menikmatinya sambil minum kopi di kedai seberang—kini berubah menjadi toko kasur.
Warga yang pernah hidup berdampingan dengan Fransiskus mengenangnya bukan hanya sebagai pemimpin agama, melainkan sebagai tetangga dan sahabat.
Alicia Gigante (91), tetangga sekaligus teman keluarga Paus, datang ke rumah masa kecil Fransiskus di Jalan Membrillar 531 dengan bertopang pada putrinya.
”Pandangan saya sudah kabur, tapi ingatan saya masih panjang,” katanya lirih.
“Saya akan selalu mengingat kebaikannya, senyumannya, dan caranya menyapa saat kita memencet bel rumahnya," tuturnya.
“Dia ada di sana, selalu sama, dia akan membelai dan memberkati Anda," imbuhnya.
Di jendela rumah tua itu, kini tertempel bunga dan catatan kecil dari warga—simbol cinta bagi putra Flores yang sederhana, yang kemudian menjadi gembala umat Katolik sejagat.
Baca Juga: Kardinal Kevin Farrell Pimpin Ritus Tutup Peti Paus Fransiskus pada Jumat (25/04/2025) Malam
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.