Kompas TV internasional kompas dunia

Siapa Pengganti Paus Fransiskus? Berikut Kandidat Kuat yang Diprediksi Jadi Paus Berikutnya

Kompas.tv - 23 April 2025, 05:10 WIB
siapa-pengganti-paus-fransiskus-berikut-kandidat-kuat-yang-diprediksi-jadi-paus-berikutnya
Kombinasi foto ini menunjukkan kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus. Dari kiri atas: Kardinal Peter Erdo, Kardinal Reinhard Marx, Kardinal Marc Ouellet. Baris tengah dari kiri: Kardinal Pietro Parolin, Kardinal Robert Prevost, Kardinal Robert Sarah. Baris bawah dari kiri: Kardinal Christoph Schoenborn, Kardinal Luis Tagle dan Kardinal Matteo Zuppi. (Sumber: The Associated Press)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Desy Afrianti

VATIKAN, KOMPAS.TV — Ketika seorang paus wafat, maka akan segera dilakukan prosesi konklaf untuk memilih paus berikutnya. Calon terdepan yang akan dipilih menjadi paus dikenal dengan sebutan “papabile,” yaitu orang yang memiliki setidaknya beberapa kualitas yang dianggap perlu untuk menjadi paus. 

Setiap pria Katolik yang dibaptis memenuhi syarat untuk menjadi paus, meskipun sejak tahun 1378, hanya para kardinal yang dapat dicalonkan menjadi pemimpin tertinggi umat katolik ini. Paus terpilih harus mendapatkan sedikitnya dua per tiga suara dari para kardinal yang berusia di bawah 80 tahun. 

Meskipun ada beberapa kardinal yang diunggulkan untuk menjadi paus, namun hasil dari prosesi konklaf seringkali tidak terduga. Paus Fransiskus atau Jorge Mario Bergoglio sebelumnya tidak terlalu diunggulkan untuk menjadi paus karena umurnya yang sudah cukup tua. Ia berusia 76 tahun ketika dipilih menjadi paus pada tahun 2013. 

Paus Yohanes Paulus II atau Karol Wojtyla, juga tidak termasuk dalam daftar calon terdepan yang diunggulkan dalam konklaf tahun 1978. Namun pada akhirnya, ia terpilih sebagai paus.

Namun demikian, para pengamat dan media mengunggulkan beberapa kardinal untuk menjadi pengganti Paus Fransiskus. Ini adalah nama-nama yang diunggulkan untuk menjadi paus berikutnya, seperti dikutip dari The Associated Press.

Kardinal Peter Erdo

Erdo yang berusia 72 tahun merupakan uskup agung Budapest dan primat Hungaria. Ia pernah terpilih sebanyak dua kali sebagai kepala Dewan Konferensi Episkopal Eropa, yaitu pada tahun 2005 dan 2011. Dua kali pemilihan ini menunjukkan bahwa ia dihormati oleh para kardinal Eropa yang merupakan blok pemilih terbesar. 

Dalam kapasitas tersebut, Erdo mengenal banyak kardinal Afrika karena Dewan Konferensi Episkopal Eropa menyelenggarakan sesi rutin dengan konferensi para uskup Afrika. Erdo bahkan lebih dikenal ketika ia membantu Paus Fransiskus untuk menyelenggarakan pertemuan Vatikan tahun 2014 dan 2015. Ketika itu, ia membantu paus untuk menyampaikan pidato penting tentang keluarga. Selain itu, ia juga pernah membantu Paus Fransiskus dalam kunjungan kepausan ke Budapest pada tahun 2021 dan 2023.

Baca Juga: Umat Katolik Kambajawa Mengenang Paus Fransiskus sebagai Tokoh Reformis Pelindung Kaum Papa

Kardinal Reinhard Marx

Marx yang berusia 71 tahun merupakan uskup agung Munich dan Freising. Ia dipilih oleh Paus Fransiskus sebagai penasihat utama pada tahun 2013. Marx kemudian ditunjuk untuk memimpin dewan yang mengawasi keuangan Vatikan selama reformasi dan pengetatan anggaran. 

Mantan presiden konferensi uskup Jerman ini adalah pendukung kuat proses dialog "jalur sinode" yang kontroversial di gereja Jerman yang dimulai pada tahun 2020, sebagai tanggapan atas skandal pelecehan seksual oleh pendeta di sana. Akibatnya, ia dipandang skeptis oleh kaum konservatif yang menganggap proses tersebut sebagai ancaman bagi persatuan gereja, mengingat proses tersebut melibatkan perdebatan isu-isu sensitif seperti selibat, homoseksualitas, dan penahbisan perempuan. 

Marx pernah menjadi berita utama pada tahun 2021 ketika ia secara dramatis menawarkan untuk mengundurkan diri sebagai uskup agung untuk menebus catatan pelecehan yang mengerikan di gereja Jerman. Tetapi Paus Fransiskus dengan cepat menolak pengunduran diri tersebut dan menyuruhnya untuk tetap menjabat sebagai uskup agung.

Kardinal Marc Ouellet

Ouellet saat ini berusia 80 tahun dan berasal dari Kanada. Ia memimpin kantor uskup Vatikan yang berpengaruh selama lebih dari satu dekade, dan mengawasi pusat informasi utama bagi calon potensial untuk memimpin keuskupan di seluruh dunia. 

Paus Fransiskus mempertahankan Ouellet dalam jabatan tersebut hingga tahun 2023, meskipun ia ditunjuk oleh Paus Benediktus XVI. Dengan demikian, ia membantu memilih para uskup yang lebih doktriner yang lebih disukai oleh Paus Benediktus XVI. 

Ia dianggap lebih konservatif daripada Paus Fransiskus, Ouellet tetap memilih para uskup yang berpikiran pastoral untuk mencerminkan keyakinan Fransiskus bahwa para uskup harus "berbau seperti domba" dari kawanan mereka. Ouellet juga membela selibat imamat untuk gereja Ritus Latin dan menegakkan larangan penahbisan perempuan. Namun ia menyerukan agar perempuan memiliki peran yang lebih besar dalam tata kelola gereja. 

Ia memiliki hubungan yang baik dengan gereja Amerika Latin, setelah mengepalai Komisi Kepausan Vatikan untuk Amerika Latin selama lebih dari satu dekade. Sejak tahun 2019, kantornya telah mengambil alih penyelidikan para uskup yang dituduh menutupi para imam predator. Pekerjaan ini tidak akan membuatnya berteman dengan mereka yang dikenai sanksi, dan dapat memberinya banyak informasi rahasia dan mungkin membahayakan tentang sesama kardinal. 

Kardinal Pietro Parolin

Parolin berusia 70 tahun dan berasal dari Italia. Ia telah menjadi menteri luar negeri Paus Fransiskus sejak 2014 dan dianggap sebagai salah satu kandidat utama untuk menjadi paus, mengingat keunggulannya dalam hierarki Katolik. 
Diplomat veteran itu mengawasi kesepakatan kontroversial Takhta Suci dengan China terkait pencalonan uskup dan terlibat dalam investasi Vatikan yang gagal dalam usaha real estat London. Ia tidak didakwa dalam kasus ini, namun kasus ini melibatkan kardinal lain dan sembilan orang lainnya pada tahun 2021. 

Sebagai mantan duta besar untuk Venezuela, Parolin sangat mengenal gereja Amerika Latin. Ia akan dipandang sebagai seseorang yang akan melanjutkan tradisi Paus Fransiskus. Jika ia terpilih sebagai paus, ia akan mengembalikan tradisi lama seorang paus yang berasal dari Italia, setelah terputus selama tiga periode, yaitu masa kepausan St. Yohanes Paulus II (Polandia); Benediktus (Jerman) dan Fransiskus (Argentina). 

Baca Juga: Kesaksian Suster Ana, Sepupu Paus Fransiskus Kenang Sosok Almarhum

Kardinal Robert Prevost

Prevost berusia 69 tahun dan kelahiran Chicago, Amerika Serikat. Gagasan tentang seorang paus Amerika telah lama dianggap tabu, mengingat kekuatan geopolitik yang telah dipegang oleh Amerika Serikat. Namun, Prevost bisa saja jadi paus asal AS yang pertama. 

Ia memiliki pengalaman yang luas di Peru, pertama sebagai misionaris dan kemudian sebagai uskup agung. Saat ini ia menjabat sebagai prefek dikasteri Vatikan yang kuat untuk para uskup, yang bertugas memeriksa nominasi untuk para uskup di seluruh dunia. 

Paus Fransiskus jelas telah mengawasinya selama bertahun-tahun dan mengirimnya untuk menjalankan keuskupan Chiclayo, Peru, pada tahun 2014. Ia memegang posisi itu hingga tahun 2023, ketika Fransiskus membawanya ke Roma untuk perannya saat ini. 

Prevost juga merupakan presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin, sebuah pekerjaan yang membuatnya tetap berhubungan dengan hierarki Katolik di bagian dunia yang masih memiliki jumlah umat Katolik terbanyak. 
Selain kewarganegaraannya, usia Prevost yang relatif muda dapat menjadi faktor yang merugikannya jika saudara-saudara kardinalnya tidak ingin berkomitmen pada seorang paus yang mungkin akan memerintah selama dua dekade lagi.

Kardinal Robert Sarah

Sarah berusia 79 tahun dan berasal dari Guinea. Ia merupakan pensiunan kepala kantor liturgi Vatikan, dan telah lama dianggap sebagai harapan terbaik bagi seorang paus yang berasal dari Afrika. Ia dicintai oleh kaum konservatif, dan jika terpilih menjadi paus, Sarah akan menandakan kembalinya ke kepausan doktriner dan berpikiran liturgis seperti yang dilakukan Yohanes Paulus II dan Benediktus. 

Sarah, yang sebelumnya mengepalai kantor amal Vatikan Cor Unum, berselisih beberapa kali dengan Fransiskus. Perselisihan serius dengan Paus Fransiskus terjadi ketika dia dan Benediktus bersama-sama menulis sebuah buku yang menganjurkan "perlunya" selibat yang berkelanjutan bagi para pendeta Ritus Latin. 

Buku itu terbit saat Paus Fransiskus sedang mempertimbangkan apakah akan mengizinkan para pendeta yang menikah di Amazon untuk mengatasi kekurangan pendeta di sana. Implikasinya adalah bahwa Sarah telah memanipulasi Benediktus agar meminjamkan nama dan otoritas moralnya pada sebuah buku yang tampaknya merupakan penyeimbang terhadap ajaran Fransiskus sendiri. 

Fransiskus memecat sekretaris Benediktus dan beberapa bulan kemudian memensiunkan Sarah setelah ia berusia 75 tahun. Bahkan para pendukung Sarah menyesalkan kejadian itu merusak peluangnya untuk menjadi paus.

Kardinal Christoph Schoenborn

Schoenborn berusia 80 tahun dan merupakan uskup agung Wina, Austria. Ia adalah murid Benediktus, dan dengan demikian di atas kertas tampaknya memiliki kemampuan akademis doktriner untuk menarik perhatian kaum konservatif. Namun, ia dikaitkan dengan salah satu langkah Fransiskus yang paling kontroversial dengan membela upayanya menjangkau umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi secara sipil. 

Orang tua Schoenborn bercerai ketika ia masih remaja, jadi masalahnya bersifat pribadi. Ia juga mendapat kecaman dari Vatikan ketika ia mengkritik penolakan Vatikan di masa lalu untuk memberikan sanksi kepada pelaku pelecehan seksual tingkat tinggi, termasuk pendahulunya sebagai uskup agung Wina. 

Baca Juga: [FULL] Pantauan Suasana Berkabung Vatikan Usai Paus Fransiskus Meninggal Dunia

Kardinal Luis Tagle

Tagle berusia 67 tahun dan berasal dari Filipina. Ia tampaknya akan menjadi pilihan Paus Fransiskus untuk menjadi paus Asia pertama. Paus Fransiskus membawa uskup agung Manila yang populer itu ke Roma untuk mengepalai kantor penginjilan misionaris Vatikan, yang melayani kebutuhan Gereja Katolik di sebagian besar Asia dan Afrika. 
Perannya menjadi lebih penting saat Fransiskus mereformasi birokrasi Vatikan dan mengangkat pentingnya kantor penginjilannya. Tagle sering mengutip garis keturunan Tionghoanya. Neneknya dari pihak ibu merupakan orang Tionghoa yang pindah ke Filipina. 

Meskipun ia memiliki banyak pengalaman pastoral, Vatikan, dan manajemen, namun Tagle akan menjadi paus yang muda jika terpilih. Para kardinal diprediksi akan memilih kandidat yang lebih tua agar masa kepausannya lebih terbatas.

Kardinal Matteo Zuppi

Zuppi berusia 69 tahun dan merupakan uskup agung Bologna serta presiden konferensi uskup Italia yang terpilih pada tahun 2022. Ia berafiliasi erat dengan Komunitas Sant'Egidio, sebuah badan amal Katolik yang berbasis di Roma yang berpengaruh di bawah kepemipinan Paus Fransiskus. Zuppi adalah bagian dari tim Sant'Egidio yang membantu menegosiasikan akhir perang saudara Mozambik pada tahun 1990-an dan diangkat sebagai utusan perdamaian Fransiskus untuk perang Rusia di Ukraina. 

Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai kardinal pada tahun 2019 dan kemudian menjelaskan bahwa ia menginginkannya untuk memimpin para uskup Italia. Ia cukup dekat dengan Paus Fransiskus, hal ini terlihat ketika ia menulis pengantar untuk edisi Italia “Building a Bridge,” oleh Pendeta James Martin, seorang Jesuit Amerika. Buku itu berisi tentang kebutuhan gereja untuk meningkatkan jangkauannya kepada komunitas LGBTQ+. Zuppi akan menjadi kandidat dalam tradisi Fransiskus untuk melayani mereka yang termarjinalkan. Namun usianya yang masih relatif muda mungkin akan menjadi kendala bagi para kardinal yang menginginkan masa kepausan yang singkat.

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : The Associated Press

Komentar (1)
from philipina antonio tagle



KOMPASTV SHORTS


Lihat Semua

BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x