JAKARTA, KOMPAS.TV – Sebelum Paus Fransiskus kembali ke pangkuan Tuhan untuk selamanya, masyarakat Indonesia beruntung karena ia sempat mengunjungi Jakarta, hanya tujuh bulan sebelum wafat.
Kunjungan pada 3-6 September 2024 ini disebut-sebut sebagai kunjungan bersejarah, karena terakhir kalinya Paus mengunjungi Indonesia adalah pada tahun 1989, pada masa kepemimpinan Paus Yohanes Paulus II.
Hingga saat ini, tercatat hanya ada tiga kali kunjungan Paus ke Indonesia. Pertama adalah kunjungan Paus Paulus VI pada Desember 1970, kedua kunjungan Paus Yohanes Paulus II pada Oktober 1989, dan terakhir kunjungan Paus Fransiskus pada September 2024.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia mendapat sambutan meriah, tidak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga disambut antusias oleh seluruh umat beragama. Iman, persaudaraan, dan bela rasa menjadi tema yang dibawa Paus dalam lawatannya ke Indonesia.
Kardinal Suharyo dalam wawancara khusus dengan Kompas pada Selasa (6/8/2024) menyampaikan adanya pesan mendalam di balik tema ini. Bahwa inti iman sejati adalah persaudaraan dan makna bersaudara adalah bisa berbela rasa, yaitu sikap untuk mau berpihak dan merasakan penderitaan yang sama.
Baca Juga: Menag Nasaruddin Umar Ucapkan Duka Mendalam Wafatnya Paus Fransiskus
Kedatangan Paus ketika itu membawa banyak pesan bagi Indonesia, baik yang tersurat maupun tersirat. Berikut adalah beberapa pesan yang dibawa Paus Fransiskus saat kunjungan ke Indonesia:
Kesan yang paling diingat warga Indonesia dalam kunjungan Paus adalah tentang kesederhanaan. Ia tidak secara langsung menyebutkan tentang kesederhanaan, namun pesan ini tergambar jelas dari perilaku yang ia contohkan dalam kunjungannya.
Paus Fransiskus mendarat di Indonesia, Selasa (3/9/2024), dengan pesawat komersial di tengah sorotan masyarakat terhadap pejabat tanah air dan keluarganya yang menggunakan pesawat jet pribadi. Begitu mendarat, dia memilih naik mobil dengan tipe yang biasa digunakan masyarakat. Bukan di belakang, Paus Fransiskus memilih duduk di baris depan, di samping pengemudi.
Mobil itu mengantarnya ke kantor Kedutaan Besar Vatikan yang menjadi tempatnya menginap. Ia memilih untuk menginap di Kedutaan Besar Vatikan dan bukan hotel.
Tak heran, sejumlah tokoh menilai pilihan-pilihan itu menyiratkan kesederhanaan seorang pemimpin yang patut dicontoh. Setelah menyambut Paus Fransiskus di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menilai Paus Fransiskus menunjukkan kesederhanaan yang patut diteladani. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir juga menyatakan hal serupa.
Baca Juga: Mengenang Paus Fransiskus: Dari Vatikan ke Indonesia, Simbol Toleransi dan Perdamaian
Dalam kunjungan Paus Fransiskus ke Istana Negara pada Rabu (4/9/2024), ia disambut oleh Presiden Joko Widodo. Presiden kemudian mempersilakannya untuk mengisi buku tamu Istana Negara.
Dalam lembaran buku tamu berkop “The State Visit of His Holiness Pope Francis to the Republic of Indonesia” tersebut, Paus Fransiskus meninggalkan pesan indah untuk masyarakat Indonesia yang dituliskannya dalam Bahasa Italia dan Bahasa Inggris.
“Immerso nella bellezza di questa terra, luogo di incontro e dialogo tra culture e religioni diverse, auguro al popolo indonesiano di crescere nella fede, nella fraternità e nella compassione,” tulisnya dalam Bahasa Italia.
Pesan ini berarti, “Terbenam dalam keindahan tanah ini, tempat pertemuan dan dialog antarbudaya dan agama yang berbeda, saya berharap masyarakat Indonesia tumbuh dalam iman, persaudaraan, dan kasih sayang.”
Setelah itu, Paus Fransiskus menutup pesannya dengan harapan agar Tuhan senantiasa memberkati Indonesia. “God bless Indonesia!” tulisnya sembari membubuhkan nama “Fransesco” di buku tamu.
Baca Juga: Paus Fransiskus Meninggal Dunia di Usia 88 Tahun, Sempat Dirawat Karena Pneumonia Ganda
Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia, Paus Fransiskus menyampaikan dua pesan saat mengunjungi Masjid Istiqlal, Jakarta dan menandatangani Deklarasi Istiqlal, Kamis (5/9/2024). Pesan pertama, Sri Paus mengajak semua umat beragama untuk melihat ke dalam diri masing-masing karena di sanalah akan ditemukan apa yang menyatukan di balik perbedaan.
“Akar umum dari semua kepekaan keagamaan hanya satu, pencarian perjumpaan dengan yang ilahi, dahaga akan ketidakterbatasan yang telah ditempatkan oleh Yang Mahatinggi di hati kita, pencarian akan kegembiraan yang lebih besar dan kehidupan yang lebih kuat dari kematian apa pun, yang menghidupkan perjalanan hidup kita dan mendorong kita untuk keluar dari ego kita untuk menuju Allah,” kata Paus dikutip dari Kompas.com.
Pesan kedua dari Paus ketika mengunjungi Masjid Istiqlal adalah untuk senantiasa menjaga ikatan. Paus mengatakan, seperti Terowongan Silaturahim antara Istiqlal-Katedral maka ikatan persaudaraan akan terbentuk dengan saling terbuka dan bertemu.
Menurut Paus, terkadang manusia berpikir untuk mencari titik temu di tengah perbedaan. Tetapi, pendekatan tersebut yang justru bisa berakhir dengan memecah belah karena dogma dan pengalaman keagamaan yang berbeda.
"Yang benar-benar mendekatkan kita adalah menciptakan hubungan antara perbedaan-perbedaan kita, dengan menjaga agar ikatan persahabatan, perhatian, dan timbal balik tumbuh,” kata Paus.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas.com, kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.