JAKARTA, KOMPAS.TV - Rusia akhirnya merespons klaim yang menyebut bahwa Moskow bakal menggunakan Indonesia sebagai pangkalan jet tempurnya.
Meski tak mengatakan secara pasti, Moskow membela kerja sama militernya dengan Jakarta, serta mengecam rencana kapal selam nuklir AUKUS Australia.
Sebelumnya, muncul laporan Moskow berupaya menempatkan jet tempurnya di Pangkalan Udara Manuhua di Biak, Papua.
Baca Juga: Tarif AS ke China Bakal Tembus 245 Persen, Beijing: Kami Tak Ingin Perang, tapi Tak Takut
Hal itu dipublikasikan oleh badan intelijen militer global Janes, dan menimbulkan kegemparan bagi Indonesia dan Australia.
Setelah sempat bungkam, Rusia akhirnya bersuara atas kabar tersebut.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov, pada Rabu (16/4/2025) menegaskan bahwa kerja sama militer mereka merupakan bagian penting dari hubungan antar-pemerintahan antara Rusia dan Indonesia.
Ia tak mengonfirmasikan Moskow berusaha mencari pangkalan di Papua untuk pesawat Rusia seperti yang dilaporkan Janes.
Namun, ia pula tak membantahnya, dan bahkan menegaskan pentingnya kerja sama antara kedua negara.
“Interaksi antara angkatan bersenjata Rusia dan Indonesia, mencakup berbagai bidang, termasuk kerja sama antar angkatan udara,” ujarnya dikutip dari ABC News.
“Kerja sama tersebut ditujukan untuk memperkuat kemampuan pertahanan kedua belah pihak, tak ditujukan terhadap negara ketiga mana pun, dan tak menimbulkan ancaman terhadap keamanan di kawasan Asia-Pasifik,” lanjutnya.
Ia juga membidik Australia dengan mengatakan bahwa tantangan bagi stabilitas regional lebih mungkin datang dari Amerika Serikat (AS) yang memindahkan pasukan dan pesawat pengebom ke wilayah utara, termasuk Australia.
“Jika berbicara tentang tantangan apa pun bagi stabilitas regional, tantangan tersebut lebih mungkin muncul dari pengerahan bergilir kontingen militer besar dari negara-negara ekstra-regional di wilayah Australia,” katanya.
“Itu termasuk penyediaan lapangan udara untuk pendaratan pesawat pengebom strategis dan infrastruktur pelabuhan untuk kunjungan kapal selam bertenaga nuklir," tambahnya.
Menurutnya, yang paling mengkhawatirkan adalah rencana yang sedang dibahas saat ini untuk mengerahkan rudal jarak menengah AS di Australia, termasuk Indonesia dalam jangkauannya.
Serta akuisisi kapal selam bertenaga nuklir oleh Angkatan Laut Australia di bawah kemitraan trilateral AUKUS.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan RI telah merespons terkait klaim dari Janes tersebut.
“Saya telah memerikasanya saat kami bertemu dengan Sekretaris Majelis Keamanan Rusia Sergei Shoigu pada Februari dan tak ada catatan mengenai permintaan itu,” katanya.
“Jadi saya bingung saat ditanyakan mengenai hal ini. Saya tak tahu dari mana itu datangnya,” lanjut sang juru bicara.
Menteri Pertahanan Australia Richard Marles pun telah memberikan pernyataan bahwa ia telah berbicara dengan Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin terkait masalah ini.
“Ia telah mengatakan kepada saya dengan istilah yang paling jelas, laporan adanya prospek pesawat Rusia beroperasi di Indonesia tidaklah benar,” kata Marles dikutip dari The Guardian.
Baca Juga: Australia Pastikan Indonesia Tak Beri Izin Pesawat Militer Rusia Beroperasi di Papua
Marles sendiri juga telah membantah laporan bahwa Moskow telah mengajukan permintaan resmi ke Jakarta untuk pesawat Pasukan Luar Angkasa Rusia (VKS), termasuk beberapa pesawat jarak jauh, untuk ditempatkan di Biak.
Pangkalan udara Biak merupakan rumah bagi pasukan Angkatan Udara (AU) Skuadron 27, yang mengoperasikan armada pesawat pengintai CN245.
Biak yang ada di wilayah paling timur Indonesia, berjarak sekitar 1.400 km dari Darwin, ibu kota negara bagian Australia Utara di Australia.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : ABC News/The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.