Namun, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan nama-nama tersebut berasal dari daftar yang telah diserahkan Israel beberapa bulan lalu. "Sampai saat ini, Israel belum menerima konfirmasi atau komentar apa pun dari Hamas mengenai status sandera yang muncul dalam daftar tersebut," katanya.
Seorang pejabat Hamas pada hari Senin merilis daftar 14 nama yang menurut mereka telah dihapus oleh Israel dan diganti dengan nama-nama lain. Israel tidak menanggapi daftar tersebut, tetapi mereka telah menyatakan bahwa 14 orang tersebut sudah tewas.
Seorang pejabat Israel mengatakan kebuntuan saat ini terjadi karena penolakan Hamas untuk memberikan informasi tentang kondisi para sandera. Sementara itu, seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa tidak seorang pun tahu tentang kondisi semua sandera. Pejabat Hamas mengatakan bahwa karena perang, mereka tidak dapat memberikan data sandera secara lengkap sampai terjadinya gencatan senjata.
Baca Juga: Timur Tengah Terkini: Serangan Udara Israel di Gaza Menewaskan Sedikitnya 50 Orang
Keluarga sandera dilaporkan marah terhadap laporan tentang pendekatan gencatan senjata yang akan dilakukan secara bertahap. Mereka menyatakan bahwa pemerintah seharusnya mengejar kesepakatan yang membebaskan semua tawanan sekaligus. Mereka mengatakan waktu hampir habis untuk membawa para sandera untuk pulang dengan selamat.
“Pagi ini, saya dan semua orang di Israel terbangun dan mendapati bahwa negara Israel telah menyusun Daftar Schindler (mengacu pada Schindler's List di zaman perang dunia II, red) - 34 orang yang akan dapat memeluk keluarga mereka lagi, dan 66 orang lainnya nasibnya akan ditentukan kemudian,” kata Yotam Cohen, yang saudara laki-lakinya Nimrod seorang tentara Israel yang disandera. Nama Nimrod tidak muncul dalam daftar yang dipublikasikan.
Netanyahu mengatakan bahwa ia mendukung kesepakatan parsial yang menghentikan perang, tetapi ia telah menolak tuntutan Hamas untuk penarikan penuh Israel yang akan mengakhiri perang. Sebelumnya Netanyahu telah bersumpah untuk terus berjuang sampai ia mencapai kemenangan total, yang termasuk penghancuran kemampuan militer Hamas.
Dalam salah satu bagian dari kesepakatan tersebut, Israel diharapkan membebaskan ratusan warga Palestina yang dipenjara, termasuk puluhan orang yang dihukum karena serangan berdarah.
Israel memiliki sejarah pembebasan tahanan dalam skala besar, dan ratusan orang dibebaskan dalam kesepakatan November 2023. Namun, kedua belah pihak tidak sepakat mengenai jumlah pasti dan nama tahanan yang akan dibebaskan. Hamas menginginkan tahanan terkenal disertakan dalam pembebasan. Pejabat Israel telah mengesampingkan pembebasan Marwan Barghouti, yang berada di puncak daftar keinginan Hamas untuk dibebaskan.
Koalisi pemerintahan Netanyahu mencakup kelompok garis keras yang menentang pembebasan tahanan yang terkenal. Beberapa orang di pemerintahannya bahkan berjanji untuk keluar dari pemerintahan jika terlalu banyak konsesi yang diberikan. Mereka merujuk pada pembebasan tahanan tahun 2011 yang mencakup mantan pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang pada akhirnya menjadi aktor utama serangan 7 Oktober dan menjadi pemicu perang besar hingga saat ini.
Baca Juga: Netanyahu Akhirnya Setuju Kirim Delegasi Israel ke Qatar, Negosiasi Perdamaian Gaza Kembali Dimulai
Menurut perkiraan PBB, perang telah membuat sekitar 90% dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi. Sektor utara merupakan wilayah yang terkena dampak paling parah, dan sebagian besar telah dikosongkan.
Selama tahap pertama kesepakatan yang sedang dikembangkan, Israel diharapkan akan menarik pasukan dari pusat-pusat populasi Palestina dan mengizinkan sebagian pengungsi untuk kembali ke rumah mereka di Gaza. Namun, sejauh mana penarikan mundur Israel dan jumlah orang yang diizinkan untuk kembali ke Gaza masih harus ditentukan kemudian.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.