VIRGINIA, KOMPAS.TV - Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) menemukan lebih dari 150 bom rakitan ketika menangkap seorang pria di Virginia, atas tuduhan kepemilikan senjata api, bulan lalu.
Jumlah itu adalah salah satu timbunan bahan peledak rakitan terbesar yang pernah mereka sita.
“Penyidik menyita lebih dari 150 bom pipa dan perangkat rakitan lainnya ketika mereka menggeledah rumah Brad Spafford di Norfolk, Virginia, pada bulan Desember,” kata jaksa penuntut dalam berkas perkara yang diajukan Senin (30/12/2024) lalu, seperti dikutip The Associated Press.
Jaksa menulis bahwa ini diyakini sebagai "penyitaan alat peledak terbesar berdasarkan jumlah dalam sejarah FBI."
Sebagian besar bom ditemukan di garasi terpisah di rumah yang terletak di Isle of Wight County, bersama dengan peralatan dan bahan pembuat bom termasuk sekering dan potongan pipa plastik.
Jaksa juga menulis, "Beberapa bom pipa tambahan ditemukan di dalam tas ransel dalam kamar tidur di rumah tersebut, yang sama sekali tidak terkunci."
Padahal, rumah tersebut ditinggali Spafford bersama istri dan dua anaknya yang masih kecil.
Baca Juga: Israel Serang Rumah Sakit Indonesia di Gaza dengan Robot Peledak
Spafford, 36 tahun, didakwa memiliki senjata api yang melanggar Undang-Undang Senjata Api Nasional. Petugas penegak hukum menuduh ia memiliki senapan laras pendek yang tidak terdaftar.
Pada Selasa (31/12/2024), para pengacara Spafford mengatakan pihak berwenang belum memberikan bukti bahwa kliennya merencanakan kekerasan. Selain itu, dia menyebut Spafford selama ini tidak memiliki catatan kriminal.
Lebih jauh, mereka mempertanyakan apakah alat peledak itu dapat digunakan karena untuk meledakannya, diperlukan teknisi peledak yang terlatih secara profesional untuk memasangnya.
"Tidak ada sedikit pun bukti dalam catatan bahwa Tuan Spafford pernah mengancam siapa pun dan pendapat bahwa seseorang mungkin dalam bahaya," tulis tim pengacara.
Menurut dokumen pengadilan, penyelidikan dimulai pada tahun 2023 ketika seorang informan memberi tahu pihak berwenang bahwa Spafford sedang menimbun senjata dan amunisi.
Informan tersebut merupakan teman pelaku. Ia memberi tahu pihak berwenang bahwa Spafford telah mencederai tangannya pada 2021 saat mengerjakan bahan peledak rakitan. Jaksa penuntut mengatakan kini dia hanya memiliki dua jari di tangan kanannya.
Informan tersebut memberi tahu pihak berwenang bahwa Spafford menggunakan foto presiden, yang tampaknya merujuk pada Presiden AS Joe Biden, untuk latihan menembak dan bahwa "dia yakin pembunuhan politik harus dilakukan lagi," tulis jaksa penuntut.
Baca Juga: Rusia Tangkap Tersangka Pengeboman Jenderal Senjata Kimia, Disebut Suruhan Ukraina
Sejumlah petugas penegak hukum dan teknisi bom kemudian menggeledah properti tersebut pada 17 Desember.
Mereka menemukan senapan dan alat peledak, beberapa di antaranya telah diberi label "mematikan" dan beberapa di antaranya dimasukkan ke dalam rompi yang dapat dikenakan.
Teknisi kemudian meledakkan sebagian besar alat peledak di lokasi karena dianggap tidak aman untuk diangkut, meskipun beberapa masih disimpan untuk dianalisis.
Dalam sidang pada Selasa (31/12/2024), Hakim Federal Lawrence Leonard memutuskan Spafford dapat dibebaskan dan menjadi tahanan rumah di rumah ibunya.
Tetapi ia kemudian setuju untuk menahannya sementara, hingga pemerintah mengajukan argumen lebih lanjut.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.