Pihak kepolisian mengungkapkan Martinovic memiliki sejarah kepemilikan senjata api ilegal.
Direktur Kepolisian Lazar Scepanovic mengatakan bahwa pelaku diyakini telah minum-minuman keras sebelum melakukan penembakan.
Perdana Menteri Montenegro Milojko Spajic mengatakan sempat ada pertengkaran sebelum penembakan.
Penembakan massal sangat jarang terjadi di Montenegro, meski memiliki sejarah panjang dengan budaya kepemilikan senjata api.
Pada 2022, juga di Cetinje, 11 orang termasuk dua anak-anak dan satu orang bersenjata tewas terbunuh dalam penembakan massal.
Insiden itu mengguncang negara kecil yang hanya memiliki penduduk 605.000 jiwa itu.
Spajic menyebut insiden berdarah itu sebagai tragedi yang buruk dan mengumumkan hari berkabung nasional selama tiga hari.
Sedangkan Presiden Jakov Milatovic mengatakan ia merasa cemas dengan serangan tersebut.
Baca Juga: Tesla Cybertruck Meledak di Depan Hotel Trump Diyakini Aksi Terorisme, Terkait Tragedi New Orleans?
Meski undang-undang senjata api yang ketat sudah diberlakukan, Balkan Barat yang terdiri dari Serbia, Montenegro, Bosnia, Albania, Kosovo, dan Makedonia Utara masih dibanjiri senjata.
Spajic mengatakan pihak berwenang akan mempertimbangkan untuk memperketat kriteria kepemilikan dan kepemilikan senjata api.
Hal itu termasuk kemungkinan pelarangan senjata api secara menyeluruh.
Sumber : CNN International / Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.