Bashar Al-Assad kemudian meneruskan sistem ayahnya dan menjadi figur dominan dalam politik Suriah.
Kekuasaan Assad ditentang masyarakat Suriah pada 2011 seiring gelombang Musim Semi Arab.
Demonstrasi anti-Assad direspons keras oleh pemerintah.
Pemerintahan Assad pun melabeli demonstran sebagai "teroris" hingga bentrokan pecah dan memicu perang saudara yang berkecamuk selama 13 tahun.
Pada 2014, pasukan Assad sempat terpojok usai empat pangkalan militer di Kegubernuran Raqqa jatuh ke tangan pemberontak.
Assad pun meminta bantuan ke Rusia yang melakukan intervensi langsung mulai 2015.
Pada 2017, Amerika Serikat (AS) juga terlibat langsung dalam perang saudara Suriah.
AS meluncurkan serangan udara ke target-target pemerintah Suriah dan mendukung kelompok pemberontak Syrian Democratic Forces (SDF).
Perang saudara Suriah sempat mereda usai dikalahkannya ISIS pada 2019.
Namun, eskalasi perang saudara meningkat usai pemberontak yang dipimpin HTS menyerang pasukan pemerintah pada November 2024.
Pemberontak berhasil merebut kota strategis Aleppo pada 27 November.
Pasukan pemberontak kemudian bergerak menuju Damaskus dan merebut ibu kota pada Minggu (8/12) pagi.
Seiring kaburnya Bashar Al-Assad, pemberontak mendeklarasikan dimulainya era baru di Suriah.
Pemberontak menjanjikan "koeksistensi damai" dan berjanji tidak akan meluncurkan operasi balas dendam.
"Kita menutup lembaran masa lalu yang gelap dan membuka cakrawala baru untuk masa depan," demikian pernyataan pemberontak.
Baca Juga: Trump Tegaskan AS Tak Akan Ikut Campur Konflik Suriah: Bukan Perang Kami
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.