MANILA, KOMPAS.TV - Ancaman mengerikan dikeluarkan Wakil Presiden Filipina Sara Duterte yang akan membunuh Presiden Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong Marcos.
Ia mengaku sudah menyiapkan pembunuh bayaran untuk membunuh Bongbong Marcos, jika dirinya sampai dibunuh lebih dulu oleh sang presiden.
Sara, yang merupakan putri dari eks Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengungkapkan bahwa ia telah menghubungi pembunuh bayaran untuk membunuh Presiden, istrinya dan Ketua DPR Filipina.
Baca Juga: Putin Klaim Rusia Siap Gunakan Rudal Hipersonik Oreshnik, Ukraina Minta Dukungan Dunia
“Saya telah berbicara dengan seseorang. Saya katakan, jika saya terbunuh, pergilah bunuh BBM (sebutan bagi Bongbong Marcos), Liza Araneta (Ibu Negara), dan Martin Romualdez (Ketua DPR, sekaligus sepupu Presiden Marcos). Ini bukan candaan. Ini bukan candaan,” ujarnya dikutip dari Sky News, Sabtu (23/11/2024).
“Saya katakan, jangan berhenti sampai Anda membunuh mereka, dan ia mengatakan ya,” lanjut Sara Duterte.
Hal itu dikatakan Sara Duterte saat menanggapi seorang komentator online, yang mendesaknya agar tetap aman saat berada di majelis rendah Kongres semalaman bersama kepala staf-nya.
Berdasarkan hukum pidana Filipina, pernyataan publik seperti itu dapat dikategorikan sebagai kejahatan berupa ancaman yang merugikan seseorang atau keluarganya.
Pelanggaran tersebut dapat dihukum dengan hukuman penjara dan denda.
Perkataan Sara Duterte itu semakin memperuncing perpecahan di tampuk kepemimpinan Filipina.
Pada Oktober, Duterte telah menuduk inkompetensi Presiden Marcos.
Bahkan secara ekstrem sang wapres mengatakan dirinya telah membayangkan memotong kepala Presiden Marcos.
Sekretaris Eksekutif Filipina Lucas Bersamin menggambarkan komentar Sara Duterte itu sebagai ancaman aktif terhadap Presiden.
Ia menambahkan bahwa saat ini pasukan pengawal presiden sudah disiapkan untuk melakukan aksi yang diperlukan secepatnya.
“Menindaklanjuti pernyataan wakil presiden yang jelas dan tegas bahwa ia telah mengontrak pembunuh untuk membunuh presiden jika dugaan rencana melawannya berhasil, sekretaris eksekutif telah merujuk ancaman aktif ini ke Komando Keamanan Presiden untuk mengambil tindakan yang tepat,” bunyi pernyataan pemerintah Filipina.
“Setiap ancaman terhadap presiden harus ditanggapi dengan serius, terlebih lagi ancaman itu diungkapkan secara jelas dan pasti kepada publik,” tambahnya.
Kedua pemimpin yang berasal dari klan keluarga besar di Filipina itu mengalami perpecahan setelah pendekatan mereka yang berbeda, termasuk atas agresivitas China di Laut China Selatan yang disengketakan.
Pada Juni, Sara Duterte mengundurkan diri dari kabinet Presiden Marcos sebagai Menteri Pendidikan dan kepala Badan Anti-Pemberontakan.
Baca Juga: Kim Jong-Un Sinis atas Pertemuan Pertamanya dengan Donald Trump, Hubungan Bromance Hancur?
Meski begitu, ia tetap menjadi Wakil Presiden, yang dipilih dalam pemilihan yang terpisah dari Presiden dan tak memiliki tugas resmi.
Sara Duterte menuduh Presiden Marcos Jr, dan pihak-pihak di sekitarnya telah melakukan korupsi, tak memiliki kemampuan, dan mempersekusi keluarga dan pendukungnya secara politik.
Ketegangan d antara keduanya terakhir ditandai dengan ditahannya Kepala Staf Duterte, Zuleika Lopez, yang dituduh menghambat penyelidikan kongres mengenai kemungkinan penyalahgunaan anggaran Duterte sebagai wakil presiden dan menteri Pendidikan.
Sumber : Sky News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.