BEIRUT, KOMPAS.TV — Serangan udara Israel pada Kamis (21/11/2024) menewaskan 52 orang di Lebanon bagian timur dan selatan.
Ketegangan lintas perbatasan yang berlangsung lebih dari 11 bulan antara Israel dan kelompok Hizbullah kini memasuki babak baru, dengan klaim serangan terdalam Hizbullah ke wilayah Israel dalam lebih dari setahun terakhir.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan, serangan di distrik Baalbek di Lembah Bekaa menewaskan 40 orang dan melukai 52 lainnya.
Serangan ini menghantam 10 lokasi, termasuk desa Maqneh, di mana enam anggota sebuah keluarga tewas.
Di Desa Nabha, serangan menewaskan pasangan dan anak mereka, dengan total korban jiwa mencapai 11 orang.
Di Lebanon selatan, serangan udara di distrik Nabatiyeh menewaskan tujuh orang dan melukai 24 lainnya. Serangan lain di wilayah tersebut menyebabkan lima orang tewas dan 26 luka-luka.
Beirut selatan, yang biasanya merupakan kawasan padat penduduk, juga dihantam setidaknya 12 serangan udara. Kawasan ini sebagian besar telah kosong setelah peringatan evakuasi dari militer Israel.
Kolom asap terlihat membubung dari daerah tersebut, yang sebelumnya menjadi target serangan karena dianggap sebagai basis utama Hizbullah.
Konflik antara Israel dan Hizbullah, yang terkait dengan ketegangan di Gaza, telah berlangsung sejak akhir tahun lalu.
Namun, sejak September, Israel meningkatkan serangan dengan kampanye udara besar-besaran dan pengerahan pasukan darat ke Lebanon selatan.
Baca Juga: Tanpa Peringatan, Serangan Udara Israel Hancurkan Pos Militer Lebanon
Militer Israel menyatakan telah menyerang depot senjata, markas komando, dan infrastruktur militer Hizbullah di Beirut selatan.
Dalam serangan balasan Hizbullah, kelompok yang didukung Iran itu mengklaim telah menargetkan pangkalan udara Hatzor di Israel selatan, sekitar 150 kilometer dari perbatasan Lebanon.
Pertempuran sengit juga dilaporkan di sekitar Khiam, Lebanon selatan, dengan rumah dan bangunan sipil dihancurkan selama operasi darat Israel. Sejak September, kawasan tersebut terus menjadi medan konflik intensif.
Kementerian Kesehatan Lebanon menyebutkan, setidaknya 3.583 orang telah tewas sejak kekerasan kembali meningkat pada Oktober 2023. Sebagian besar korban adalah warga sipil.
Di Israel, serangan roket dari Lebanon menewaskan satu orang di wilayah Galilea. Sementara itu, militer Israel melaporkan tiga tentaranya tewas dalam pertempuran di Lebanon selatan pada Rabu. Total korban militer Israel mencapai 52 orang sejak operasi darat dimulai.
Di tengah memuncaknya konflik, utusan khusus Amerika Serikat, Amos Hochstein, berkunjung ke Beirut awal pekan ini untuk mencari jalan keluar diplomatik. Namun, upaya mediasi belum membuahkan hasil konkret.
Dalam langkah perlindungan budaya, UNESCO pekan ini memberikan status perlindungan sementara pada lebih dari 30 situs warisan di Lebanon.
Salah satunya adalah kawasan arkeologi Baalbek, yang dikunjungi Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon, Jeanine Hennis-Plasschaert, pada Kamis.
Baca Juga: Utusan AS Bertemu Ketua Parlemen Lebanon, Gencatan Senjata Diharapkan Segera Terwujud
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.