DEN HAAG, KOMPAS.TV — Politikus sayap kanan garis keras Belanda, Geert Wilders, menyalahkan warga Belanda berdarah Maroko atas kerusuhan yang dipicu suporter klub sepak bola Israel, Maccabi Tel Aviv, di Amterdam, pekan lalu.
Menurutnya, kerusuhan yang terjadi pada Selasa (5/11/2024) lalu itu semakin menegaskan adanya sentimen terhadap orang-orang Yahudi. Wilders pun merekomendasikan deportasi terhadap warga Belanda berdarah Maroko yang terlibat kerusuhan.
Sementara anggota parlemen oposisi menyatakan tindakan Wilders tersebut seperti menuangkan minyak ke api. Oposisi berpendapat, rekomendasi Wilders tidak kondusif untuk membangun masyarakat yang lebih baik.
Kekerasan meletus di ibu kota Belanda sebelum dan sesudah pertandingan sepak bola pada minggu lalu antara Ajax Amsterdam dan Maccabi Tel Aviv.
Kerusuhan pecah setelah suporter Maccabi menyerang sebuah taksi dan meneriakkan slogan-slogan anti-Arab. Sementara beberapa pria melakukan serangan terhadap orang-orang yang mereka perkirakan sebagai suporter Maccabi.
Baca Juga: Bentrokan Pecah antara Suporter Maccaba Tel Aviv dan Massa di Amsterdam, PM Belanda: Memalukan
Setelah pertandingan, sekelompok besar pendukung Maccabi yang bersenjatakan tongkat, berlarian dan menghancurkan barang-barang.
Anggota Dewan Kota Amsterdam, Jazie Veldhuyzen, mengatakan kepada Al Jazeera, kekerasan dipicu oleh suporter Israel yang tiba di kota tersebut dan menyerang para pendukung Palestina jelang pertandingan Ajax vs Maccabi.
"Mereka mulai menyerang rumah-rumah warga di Amsterdam yang memasang bendera Palestina, jadi itu sebenarnya bagaimana kekerasan dimulai," ungkap Veldhuyzen.
Sementara Wali Kota Amsterdam Femke Halsema hanya menyoroti serangan-serangan terhadap suporter Maccabi.
“Ada juga yang bergerak dalam kelompok-kelompok kecil, dengan berjalan kaki, skuter atau mobil, dengan cepat menyerang penggemar Maccabi sebelum menghilang," kata Halsema, seperti dikutip dari The Associated Press.
Polisi Amsterdam mengatakan lima orang dirawat di rumah sakit karena luka-luka. Selain itu, polisi menahan puluhan orang sebelum pertandingan, tetapi tidak ada penangkapan yang terjadi setelah pertandingan.
Pada Rabu (6/11/2024) malam, ratusan pengunjuk rasa pro-Palestina berkumpul di Dam Square di pusat kota Amsterdam untuk mengadakan demonstrasi, meskipun ada larangan dari kota tersebut untuk melakukan pertemuan semacam itu.
Sejumlah besar polisi, termasuk polisi yang menunggang kuda, hadir dan menahan sebagian besar pengunjuk rasa setelah mereka menolak untuk pergi. Polisi mengawal mereka dengan damai ke dalam dua bus dan mengusir mereka dari alun-alun.
Laporan tentang ujaran antisemit, vandalisme, dan kekerasan telah meningkat di Eropa sejak dimulainya serangan Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 42.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Ketegangan pun meningkat di Amsterdam menjelang pertandingan sepak bola Ajax. vs Maccabi.
Wilders, yang berasal dari partai antiimigrasi telah memenangi pemilihan tahun lalu dan sekarang menjadi bagian dari pemerintahan koalisi empat partai.
Ia mengatakan pada Rabu (13/11/2024) bahwa pada malam Amsterdam memperingati Kristallnacht yang jatuh pada 9 November, mereka malah menyaksikan kerusuhan.
Kristallnacht adalah peringatan terjadinya anti-Yahudi tahun 1938 di Jerman oleh Nazi.
Baca Juga: Serangan Israel 24 Jam Terakhir: 46 Orang Tewas di Gaza, 33 Orang Tewas di Lebanon
"Kami melihat Muslim memburu orang Yahudi di jalan-jalan Amsterdam," ujarnya, tanpa memberikan bukti atas tuduhan tersebut.
Kemudian dia menyalahkan orang-orang Maroko yang dianggap ingin menghancurkan orang Yahudi.
Hingga kini, polisi dan jaksa penuntut juga belum mengungkapkan identitas tersangka yang ditahan, sesuai dengan aturan privasi Belanda.
Wilders merekomendasikan pembatalan paspor Belanda dan deportasi bagi orang-orang yang terlibat dalam kerusuhan dan memiliki paspor ganda.
Wilders selama ini dikenal dengan pemikirannya yang kontroversial. Dia terkadang digambarkan sebagai Donald Trump dari Belanda karena retorika antiimigrasinya yang keras.
Ia hidup di bawah perlindungan selama 20 tahun karena ancaman pembunuhan dari para ekstremis Islam. Dia juga sejak lama dikenal sebagai pendukung setia Israel.
Sumber : The Associated Press, Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.