Hanya dalam dua tahun, lebih dari 1.700 orang meninggal dalam banjir yang luas.
Pakistan juga menderita gelombang panas yang berbahaya, dengan ribuan orang dirawat di rumah sakit karena sengatan panas saat suhu melonjak hingga 47 derajat Celsius.
Selain itu, Perdana Menteri Bahama, Philip Edward Davis menyatakan, negaranya telah menumpuk utang yang disebabkan oleh bencana cuaca seperti Badai Dorian pada tahun 2019 dan Matthew pada tahun 2016.
Para pemimpin telah mencari bantuan dan uang dari Global Utara dan perusahaan minyak.
Baca Juga: IISF 2024: Bukti Nyata Kolaborasi Perubahan Iklim, Pertamina Tandatangani Kerja Sama Transisi Energi
Pada Rabu pagi, para menteri dan pejabat dari negara-negara Afrika menyerukan inisiatif.
Mereka ingin memajukan pembangunan hijau di benua itu dan memperkuat ketahanan terhadap peristiwa cuaca ekstrem. Mulai dari banjir hingga kekeringan di seluruh wilayah.
Banyak nama besar dari negara-negara kuat yang absen dari COP29 tahun ini.
Ironisnya, pemimpin yang tidak hadir termasuk dalam 13 negara pencemar terbesar di dunia.
Negara-negara itu bertanggung jawab atas lebih dari 70% gas yang memerangkap panas yang dipancarkan tahun lalu.
Fokus utama pembicaraan tahun ini adalah keuangan iklim, yaitu bagaimana negara-negara kaya dapat memberi kompensasi kepada negara-negara miskin atas kerusakan akibat cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.
Selain itu, juga dibicarakan tentang bagaimana cara membantu negara-negara miskin untuk membiayai transisi ekonomi dari bahan bakar fosil dan membantu mereka untuk beradaptasi.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.