Kompas TV internasional kompas dunia

Media Barat: Nasib Ukraina Melawan Rusia Bergantung Hasil Pemilu Presiden AS

Kompas.tv - 29 Oktober 2024, 02:05 WIB
media-barat-nasib-ukraina-melawan-rusia-bergantung-hasil-pemilu-presiden-as
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Downing Street usai bertemu Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di London, Jumat, 19 Juli 2024. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

Janji Samar Trump dan Pujian untuk Putin

Trump berulang kali mengkritik bantuan AS untuk Ukraina, melontarkan janji samar untuk mengakhiri perang, serta memuji Putin. 

Dia juga dianggap sangat tidak dapat diprediksi. Beberapa pejabat Ukraina bahkan secara pribadi menyambut sifat Trump yang tidak terduga ini, dengan harapan dapat membawa hasil lebih cepat. Namun, banyak yang tidak pasti tentang keputusan apa yang akan dibuat oleh Trump.

"Dia menekankan bahwa dia memiliki pendekatan yang sangat berbeda terhadap Ukraina dibandingkan Kamala Harris. Dan jika apa yang dia katakan saat ini diwujudkan, maka akan menjadi masa yang sangat sulit bagi Ukraina," ujar Chalmers.

“Donald Trump secara nyata meningkatkan kemungkinan bahwa Amerika Serikat akan menghentikan sebagian besar, jika tidak semua, bantuan militer kepada Ukraina. Mengingat situasi di lapangan saat ini, meski menemui jalan buntu, Rusia tampaknya berada dalam posisi yang lebih unggul dan ini bisa mengubah keseimbangan ke arah yang menguntungkan Rusia,” ujarnya.

Podolyak, penasihat Zelensky, mengatakan bahwa Trump "memahami logika" dari rencana-rencana Zelensky setelah bertemu dengannya.

“Tuan Trump menyadari bahwa tidak ada jalan untuk mencapai kesepakatan dalam perang ini, karena perlu memastikan bahwa Rusia dipaksa untuk mengerti apa itu perang dan konsekuensinya. Artinya, Rusia bisa dipaksa untuk melakukan sesuatu, tetapi bukan diminta.”

Menghadapi retorika keras Trump, beberapa pejabat Ukraina mengatakan bahwa meskipun pandangannya terlihat tajam, tindakannya sebagai presiden kadang-kadang menguntungkan Ukraina. Beberapa sanksi paling keras dijatuhkan kepada elit Rusia pada masa pemerintahannya, dan Trump juga menyetujui penjualan senjata mematikan kepada Ukraina, sesuatu yang tidak dilakukan Presiden Barack Obama.

Sebagian besar rakyat Ukraina khawatir Trump akan menghentikan semua bantuan militer ke Kiev, dan tidak ada negara lain yang dapat menyamai dukungan AS. 

Tentara Ukraina tidak ada pilihan selain tegar, menyatakan mereka akan terus bertahan, apapun yang terjadi. Namun, implikasi praktisnya akan sangat serius, dan Kiev mungkin terpaksa menerima syarat gencatan senjata yang merugikan, dengan seperlima wilayahnya berada di bawah kendali Rusia.

“Jika bantuan dihentikan, situasinya akan semakin rumit,” ujar Romanenko. “Dalam kasus ini, perebutan wilayah Ukraina akan terus berlanjut, namun kita tidak tahu seberapa cepat, karena potensi ofensif mereka tidak terbatas.”

Baca Juga: Rusia: Rencana Kemenangan Zelenskyy Akan Dorong NATO Perang Terbuka dengan Moskow

Presiden Ukraina Kamala Harris dan Wakil Presiden AS Kamala Harris bertemu di Gedung Putih, Kamis (26/9/2024). (Sumber: AP News)

Rencana Zelensky Bergantung pada Pemilu AS

Zelensky mempresentasikan visinya untuk mengakhiri perang kepada Trump dan Harris, menekankan pentingnya hal ini. 

Dia berharap akan ada respons dari Washington pasca-pemilu, terutama dalam isu keanggotaan NATO, dengan menegaskan bahwa undangan tersebut harus bersifat tidak dapat diubah.

Baik Ukraina maupun Rusia merasakan tekanan ekonomi dan sosial yang berat untuk mempertahankan upaya perang. Untuk pertama kalinya, Zelensky secara terbuka membicarakan potensi untuk gencatan senjata sebagian. Namun, masih ada pertanyaan penting tentang nasib wilayah yang dikuasai Rusia.

Rusia mengalokasikan sebagian besar anggaran pemerintahnya untuk belanja pertahanan dan terus kehilangan ribuan tentara. Pengiriman tentara Korea Utara sebanyak 10.000 orang menunjukkan bahwa Moskow mengalami kesulitan dalam merekrut wajib militer baru.

Namun, infrastruktur energi Ukraina yang hancur dan upaya mobilisasi yang melemah menghadapi tekanan yang jauh lebih besar dibandingkan Rusia. Kiev harus menemukan cara untuk mengurangi intensitas perang serta serangan terhadap aset pengiriman dan energi.

"Pada akhirnya, ini hanya akan terjadi jika kedua belah pihak menghitung bahwa mereka akan mendapat keuntungan bersih dari melakukannya," kata Chalmers.

“Yang saya khawatirkan adalah ketidakpastian dalam beberapa bulan ke depan ketika Rusia mungkin percaya bahwa satu serangan terakhir bisa memberikan konsesi yang lebih besar dari pihak Ukraina,” ucapnya.

Rencana-rencana Zelensky dikembangkan dengan mempertimbangkan realitas ini. Karena itu, timnya menekankan Rusia harus dipaksa untuk berdialog daripada diyakinkan. Tanpa senjata nuklir sebagai pencegah, NATO adalah satu-satunya alternatif logis.

"Saya mengatakan, 'Kami tidak punya senjata nuklir, kami tidak dalam NATO, dan kami tidak akan masuk NATO selama perang. Itulah mengapa saya butuh paket ini. Dan Anda tidak boleh menolaknya," kata Zelensky, menjelaskan argumennya kepada para wartawan.




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x