MOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan jawaban penuh terhadap tuduhan yang menyebut keterlibatan Korea Utara di Rusia sebagai bentuk eskalasi konflik Ukraina.
Ia menegaskan, Rusia bukan pemicu utama eskalasi di Ukraina. Putin justru menyatakan bahwa intervensi Barat, terutama NATO, menjadi faktor pendorong utama dalam konflik ini.
“Bukan tindakan Rusia yang memicu eskalasi di Ukraina, melainkan kudeta tahun 2014 yang didukung terutama oleh Amerika Serikat,” tegas Putin dalam konferensi pers usai KTT BRICS, Kamis (24/10/2024).
Putin memulai dengan memperjelas bahwa akar konflik Ukraina berasal dari peran AS dalam mendukung kudeta 2014 di Ukraina.
Ia menggarisbawahi adanya bukti publik yang menunjukkan besarnya dukungan finansial yang diberikan oleh pemerintahan AS kala itu untuk mengatur kudeta tersebut.
Putin melanjutkan dengan mengatakan bahwa, pascakudeta, Rusia ditipu selama delapan tahun oleh janji-janji bahwa semua pihak berkomitmen menyelesaikan konflik Ukraina dengan cara damai melalui Kesepakatan Minsk.
Namun, ia mengungkapkan bahwa kemudian beberapa pemimpin Eropa mengakui secara terbuka bahwa mereka memanfaatkan waktu itu untuk memperkuat militer Ukraina.
Putin menguraikan bahwa dukungan militer Barat kepada Kiev semakin memperparah situasi. “Langkah-langkah eskalasi lebih lanjut dilakukan oleh negara-negara Barat yang secara aktif mempersenjatai rezim Kiev,” jelasnya. Menurut Putin, tindakan ini telah menyebabkan keterlibatan langsung pasukan NATO dalam konflik.
Baca Juga: Putin Usulkan Pembentukan Platform Ekonomi BRICS yang Bebas dari Dominasi Negara Lain
Ia menyatakan pasukan Barat berpartisipasi di Ukraina dengan menggunakan senjata canggih seperti rudal ATACMS dan Storm Shadow.
“Tentara Ukraina tidak mungkin bisa menjalankan operasi-operasi ini tanpa dukungan pengintaian ruang angkasa, penentuan target, dan perangkat lunak Barat,” tambah Putin, menekankan bahwa operasi militer Ukraina membutuhkan keterlibatan langsung para perwira NATO.
Putin juga menguraikan tindakan-tindakan tertentu di Laut Hitam yang melibatkan kendaraan tak berawak yang dikerahkan oleh negara-negara Eropa anggota NATO. “Kami tahu siapa yang ada di sana, dari negara Eropa mana mereka berasal - anggota NATO,” jelasnya, menggambarkan metode yang digunakan dalam operasi-operasi ini.
Dalam konteks hubungan dengan Korea Utara, Putin menyatakan Rusia baru saja meratifikasi Perjanjian Kemitraan Strategis yang mencakup Pasal 4, dan menegaskan kepemimpinan Korea Utara memperlakukan perjanjian ini dengan sangat serius.
Putin menegaskan Rusia akan menentukan sendiri bagaimana melaksanakan kemitraan ini. "Namun, kami yang akan menentukan apa yang akan kami lakukan dan bagaimana kami akan melakukannya," kata Putin.
Baca Juga: AS Sebut 3.000 Tentara Korea Utara Dilatih di Rusia, Target Sah jika Ikut Berperang di Ukraina
Ia menyatakan Rusia dan Korea Utara akan melanjutkan diskusi terkait implementasi Pasal 4, dengan komunikasi intensif untuk meninjau proses ini seiring berjalannya waktu.
Putin mengakhiri pernyataannya dengan menyoroti operasi militer Rusia di wilayah Kursk.
“Tentara Rusia bertindak percaya diri di semua front,” ujar Putin.
Ia menekankan bahwa operasi untuk mengepung dan mengeliminasi sekitar 2.000 tentara Ukraina di wilayah Kursk sedang berlangsung, meskipun ada upaya untuk membebaskan pasukan tersebut dari dalam maupun luar.
Putin menegaskan, sikap Rusia dalam konflik ini adalah reaksi terhadap langkah agresif Barat yang sejak awal terlibat dalam eskalasi.
Rusia, dengan dukungan penuh pada hak-hak kedaulatannya, tetap konsisten dalam mempertahankan kemitraan strategisnya secara independen. Menurut Putin, konflik Ukraina adalah hasil dari campur tangan Barat, sementara Rusia bertindak dalam kerangka yang, menurutnya, adalah defensif dan terukur.
Baca Juga: Respons Putin Mengejutkan atas Tuduhan Tentara Korea Utara Dikirim ke Rusia, Membenarkannya?
Sebelumnya, Ukraina mengeklaim sekitar 12.000 tentara Korea Utara, termasuk 500 perwira dan tiga jenderal, telah dikerahkan ke wilayah Kursk, Rusia.
Direktorat Utama Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina (GUR) menyatakan bahwa pasukan yang dilatih di Rusia ini kini terlibat dalam konflik melawan Ukraina.
GUR mengungkapkan pasukan tersebut dilengkapi dengan amunisi, pakaian musim dingin, dan perlengkapan kebersihan.
Dalam langkah lanjutan, jaksa penuntut Ukraina sedang menyelidiki dukungan Korea Utara kepada Rusia sebagai dugaan kejahatan agresi. Pejabat Korea Utara yang terlibat dalam penyediaan senjata dapat menghadapi tuntutan hukum.
Aspek dugaan kejahatan mencakup penyediaan senjata, pelatihan untuk militer Rusia, dan keterlibatan langsung pasukan Korea Utara. Ukraina, Korea Selatan, dan beberapa negara Barat menyatakan bahwa pasukan Korea Utara telah dikerahkan di Kursk, di mana pasukan Ukraina sebelumnya melakukan serangan besar.
Menurut intelijen Ukraina, pelatihan pasukan berlangsung di lima pangkalan militer, dan Kementerian Pertahanan Belanda mengonfirmasi setidaknya 1.500 tentara Korea Utara diperkirakan akan dikerahkan untuk mendukung operasi Rusia dalam waktu dekat.
Situasi ini semakin memperumit konflik yang sedang berlangsung dan menunjukkan dukungan militer yang dapat diperoleh Rusia di medan perang.
Sumber : Kremlin Transcripts
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.