Kompas TV internasional kompas dunia

Indonesia Resmi Jadi Mitra Geng Rusia-China, Menlu: Bukan Berarti Kita Berpihak pada Kubu Tertentu

Kompas.tv - 25 Oktober 2024, 12:48 WIB
indonesia-resmi-jadi-mitra-geng-rusia-china-menlu-bukan-berarti-kita-berpihak-pada-kubu-tertentu
Menlu Sugiono di KTT BRICS hari Kamis, 24 Oktober 2024, menegaskan bergabungnya Indonesia dalam BRICS merupakan wujud dari politik luar negeri bebas aktif Indonesia. (Sumber: Kemlu RI)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

KAZAN, KOMPAS TV – Indonesia mengumumkan keinginannya untuk bergabung dalam aliansi BRICS dalam KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia pada 24 OKTOBER 2024, dan kini berstatus Mitra BRICS bersama Vietnam, Malaysia, dan Thailand. 

BRICS didirikan pada 2006 oleh Brasil, Rusia, India, dan China, dengan Afrika Selatan bergabung pada 2011. Pada 1 Januari 2024, Mesir, Iran, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Ethiopia resmi menjadi anggota penuh.

Dengan pengumuman ini, proses bagi Indonesia untuk menjadi anggota BRICS telah resmi dimulai, sebuah langkah yang diharapkan dapat memperkuat kerjasama Indonesia dengan negara-negara berkembang dalam menghadapi dominasi Barat.

Menlu RI Sugiono menegaskan bergabungnya Indonesia dalam BRICS merupakan wujud dari politik luar negeri bebas aktif Indonesia. "Bukan berarti kita berpihak pada kubu tertentu, tetapi kita berpartisipasi aktif di berbagai forum,” kata Sugiono.

Pernyataan Sugiono muncul tidak lama setelah laporan bahwa Indonesia termasuk dalam 13 negara mitra baru BRICS, di mana tiga di antaranya merupakan anggota ASEAN yaitu Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

Sugiono juga mencatat bahwa agenda utama BRICS sangat sejalan dengan prioritas Kabinet Merah Putih, seperti ketahanan pangan, energi, pengentasan kemiskinan, dan pengembangan sumber daya manusia. Hal ini menjadi salah satu alasan penting di balik keputusan Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam aliansi ini.

BRICS, awalnya dibentuk sebagai respons terhadap dominasi Barat di kancah global, menggabungkan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. 

Aliansi ini juga baru-baru ini memperluas keanggotaannya dengan masuknya Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab, meskipun Arab Saudi belum secara resmi bergabung meski sudah menerima undangan.

Baca Juga: Putin Usulkan Pembentukan Platform Ekonomi BRICS yang Bebas dari Dominasi Negara Lain

Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Presiden China Xi Jinping berjabat tangan selama pertemuan mereka di sela-sela KTT BRICS di Kazan Kremlin di Kazan, Rusia, Selasa, 22 Oktober 2024. (Sumber: AP Photo)

Mewakili Presiden Indonesia, Menteri Luar Negeri Sugiono hadir sebagai Utusan Khusus dan menegaskan posisi Indonesia terkait penolakan terhadap penjajahan dan penindasan. 

Dalam pernyataannya, Sugiono secara khusus menyoroti situasi di Palestina dan Lebanon, menyampaikan bahwa Indonesia “tidak dapat berdiam diri saat kekejaman ini terus berlanjut tanpa ada yang bertanggung jawab.” Indonesia menyerukan gencatan senjata, penegakan hukum internasional, dan dukungan berkelanjutan bagi pemulihan di Gaza.

Menlu Sugiono juga menyampaikan beberapa langkah konkret untuk memperkuat kerja sama di dalam BRICS dan di antara negara-negara berkembang, atau yang disebut sebagai “Global South”. 

1. Hak atas Pembangunan Berkelanjutan: Indonesia menegaskan negara-negara berkembang memerlukan ruang kebijakan yang memadai, sementara negara maju diharapkan menunaikan komitmen mereka untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

2. Reformasi Sistem Multilateral: Indonesia mendorong reformasi agar sistem multilateral lebih inklusif dan sesuai dengan realitas masa kini. Sugiono menekankan bahwa lembaga internasional perlu diperkuat dengan sumber daya yang memadai guna memenuhi mandat mereka secara efektif.

3. Solidaritas Global South: Sebagai perekat kerja sama negara-negara berkembang, BRICS diharapkan dapat menjadi kekuatan pemersatu dalam memperkuat solidaritas dan memajukan kepentingan bersama.

Melalui BRICS, Indonesia berharap dapat membawa kepentingan negara-negara Global South ke tingkat yang lebih tinggi. “Kita melihat BRICS sebagai kendaraan yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama negara-negara berkembang,” kata Sugiono.

Baca Juga: Putin Sambut Global Selatan di KTT BRICS, Indonesia Hadir, Agendanya Bikin AS dan Barat Ketar-ketir

Kepala negara dan utusan kepala negara berfoto bersama pada KTT BRICS di Kazan, Rusia, Kamis, 24 Oktober 2024. (Sumber: BRICS 2024)

Meski begitu, Sugiono menegaskan bahwa Indonesia tetap berkomitmen untuk terlibat dalam forum-forum lainnya, termasuk dengan negara maju.

Langkah ini sejalan dengan visi Indonesia sebagai "jembatan" antara negara-negara berkembang dan negara maju. 

Contoh konkritnya, bulan depan Presiden akan menghadiri KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, sementara Sugiono diundang untuk menghadiri pertemuan tingkat menteri luar negeri G7 di Fiuggi, Italia. Hal ini menegaskan peran penting Indonesia dalam memperkuat kerjasama lintas kawasan.

Deklarasi Kazan: Dorongan untuk Kerjasama Global

Dalam Deklarasi Kazan, BRICS menyambut minat besar dari negara-negara Global South untuk bergabung, sembari memperkenalkan kategori kemitraan negara sebagai model keanggotaan baru. 

"Kami yakin bahwa memperluas kemitraan BRICS dengan negara-negara berkembang akan semakin memperkuat semangat solidaritas dan kerja sama internasional yang sesungguhnya demi kesejahteraan semua," tulis deklarasi tersebut.

Dengan langkah ini, Indonesia menegaskan komitmennya dalam menjalin kerjasama dengan berbagai pihak sambil terus mempertahankan prinsip anti-penjajahan, sebuah nilai yang semakin relevan dalam dinamika geopolitik masa kini.




Sumber : Kemlu RI / Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x