Pada hari yang sama, Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan bahwa kelompok kapal induk China, Liaoning, melintas di Selat Taiwan menuju arah utara setelah melewati wilayah sekitar Kepulauan Pratas yang dikuasai Taiwan di Laut China Selatan.
Liaoning, merupakan kapal induk tertua dari tiga kapal induk yang dimiliki China, disebut melintas di sisi barat garis median Selat Taiwan, garis batas tidak resmi antara Taiwan dan China yang tidak diakui oleh Beijing.
Sebelumnya, Liaoning juga terlibat dalam latihan militer pekan lalu di sekitar Taiwan, di mana kapal induk tersebut beroperasi di lepas pantai tenggara pulau tersebut dan meluncurkan pesawat dari dek kapal.
Selat Taiwan, yang lebarnya sekitar 180 km, merupakan jalur perdagangan yang sangat strategis. Menurut data, sekitar 20 persen dari total perdagangan global melewati jalur ini.
Karena itu, Koo menegaskan bahwa blokade terhadap Taiwan tidak hanya akan berdampak pada pulau itu, tetapi juga pada stabilitas perdagangan dunia.
Sementara itu, Amerika Serikat dan beberapa sekutu internasional, termasuk Kanada, Jerman, dan Inggris, secara rutin melintasi Selat Taiwan untuk menegakkan kebebasan navigasi.
Tindakan ini kerap memicu kemarahan Beijing, yang mengeklaim yurisdiksi penuh atas perairan tersebut.
Selain itu, Taiwan juga khawatir dengan penggunaan penjaga pantai China dalam latihan militer terbaru.
Taiwan mengkhawatirkan kemungkinan kapal sipil mereka akan diperiksa oleh China, yang berupaya memperkuat klaim hukumnya di Selat Taiwan.
Penjaga Pantai Taiwan menegaskan bahwa jika kapal-kapal sipil Taiwan diperiksa oleh China, mereka akan merespons dengan tegas berdasarkan prinsip “tidak memprovokasi, tetapi juga tidak mundur.”
Baca Juga: Taiwan Sebut Latihan Militer China Libatkan 125 Pesawat, Beijing: Hukuman bagi Lai Ching-te
Sumber : Al Arabiya
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.