TEL AVIV, KOMPAS TV — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, muncul di Israel dalam kunjungannya yang ke-11 sejak perang Israel-Hamas meletus, Selasa (22/10/2024).
Amerika Serikat berupaya menghidupkan kembali upaya gencatan senjata setelah terbunuhnya pemimpin Hamas, Yahya Sinwar. Namun, sejauh ini, semua pihak yang terlibat dalam konflik masih menunjukkan sikap keras.
Perang antara Israel dan Hamas terus berlanjut lebih dari setahun setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Israel juga terlibat pertempuran dengan Hizbullah di Lebanon, setelah melancarkan invasi darat awal bulan ini. Selain itu, Israel diperkirakan akan menyerang Iran sebagai balasan atas serangan rudal balistik Iran pada 1 Oktober lalu.
Menlu Blinken mendarat hanya beberapa jam setelah Hizbullah meluncurkan rentetan roket ke Israel tengah, yang memicu sirene serangan udara di wilayah padat penduduk dan bandara internasional negara itu. Namun, tidak ada kerusakan atau korban jiwa yang dilaporkan.
Militer Israel menyatakan telah mencegat sebagian besar dari lima proyektil tersebut, dengan satu proyektil jatuh di area terbuka. Sekitar 15 proyektil lainnya ditembakkan dari Lebanon ke wilayah utara Israel pada waktu yang hampir bersamaan.
Dalam perkembangan terpisah, jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel pada Senin malam yang menghancurkan beberapa bangunan di depan rumah sakit utama Beirut meningkat menjadi 13 orang.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan 57 orang lainnya terluka dalam serangan tersebut, termasuk tujuh di antaranya dalam kondisi kritis.
Serangan udara tersebut menyebabkan kerusakan besar pada Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri, rumah sakit umum terbesar di Lebanon, yang terletak di pinggiran selatan Beirut.
Baca Juga: Antisipasi Konflik dengan Iran, Sistem Pertahanan Rudal AS Mulai Beroperasi di Israel
Militer Israel menyatakan bahwa mereka menargetkan markas Hizbullah, tetapi membantah telah menargetkan rumah sakit secara langsung.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan sebelum kunjungan bahwa Blinken akan fokus pada upaya mengakhiri perang di Gaza, mengamankan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas, serta meringankan penderitaan warga sipil Palestina.
Juru bicara Departemen Luar Negeri, Matthew Miller, menyatakan Blinken akan menekankan perlunya peningkatan dramatis dalam jumlah bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza, sebuah hal yang juga ditegaskan Blinken dan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, dalam surat mereka kepada pejabat Israel minggu lalu.
Surat tersebut mengingatkan Israel bahwa pemerintahan Biden dapat terpaksa membatasi beberapa bentuk bantuan militer jika distribusi bantuan kemanusiaan terus terhambat.
Kunjungan Blinken sebelumnya belum menghasilkan penghentian permusuhan, namun ia berhasil meningkatkan pengiriman bantuan ke Gaza.
Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar telah mengupayakan negosiasi antara Israel dan Hamas selama berbulan-bulan, dengan harapan mencapai kesepakatan di mana Hamas akan membebaskan puluhan sandera sebagai imbalan atas penghentian perang, gencatan senjata yang langgeng, dan pembebasan tahanan Palestina.
Namun, baik Israel maupun Hamas saling menuduh membuat tuntutan baru yang tidak dapat diterima selama musim panas, sehingga negosiasi terhenti pada Agustus. Hamas menyatakan tuntutan mereka tidak berubah setelah kematian Sinwar.
Blinken dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan pejabat tinggi lainnya. Setelah itu, dia diperkirakan akan mengunjungi beberapa negara Arab, termasuk Yordania, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Baca Juga: Trump Klaim Iran Akan Normalisasi Hubungan dengan Israel jika Ia Jadi Presiden AS
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, telah melakukan kunjungan ke beberapa negara di kawasan dalam beberapa hari terakhir untuk mendapatkan dukungan menjelang serangan balasan yang diancam Israel.
Berbicara di Kuwait pada hari Selasa, dia mengatakan bahwa negara-negara Arab Teluk telah meyakinkan bahwa mereka tidak akan mengizinkan wilayah mereka digunakan untuk serangan Israel terhadap Iran.
“Semua tetangga kami meyakinkan mereka tidak akan mengizinkan tanah dan udara mereka digunakan melawan Iran,” kata Araghchi, menurut kantor berita IRNA yang dikelola negara.
“Ini adalah harapan dari semua negara sahabat dan tetangga, dan kami menganggapnya sebagai tanda persahabatan.”
Negara-negara Arab Teluk seperti Uni Emirat Arab dan Qatar memiliki instalasi militer utama, dan ada kekhawatiran bahwa perang regional besar-besaran dapat melibatkan mereka. Iran berulang kali bersumpah akan merespons setiap serangan Israel.
Amerika Serikat juga berusaha untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, tetapi upaya itu gagal karena ketegangan meningkat bulan lalu setelah serangkaian serangan Israel yang menewaskan pemimpin tertinggi kelompok itu, Hassan Nasrallah, dan sebagian besar komandan seniornya.
Israel saat ini melancarkan operasi besar lainnya di Gaza utara yang sudah hancur, menewaskan ratusan warga Palestina dalam dua minggu terakhir, menurut otoritas kesehatan setempat.
Baca Juga: Biden Malah Makin Pesimistis Gencatan Senjata di Gaza Bisa Segera Terjadi, padahal Sempat Yakin
Di Lebanon, Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran di seluruh wilayah selatan Beirut, selatan dan timur negara itu, area di mana Hizbullah memiliki kehadiran yang kuat.
Hizbullah menembakkan ratusan roket, misil, dan drone ke Israel, termasuk beberapa yang mencapai pusat populasi negara itu.
Serangan Israel telah membantai lebih dari 42.700 warga Palestina di Gaza dan melukai puluhan ribu lainnya serta puluhan ribu hilang yang diduga masih tertimbun reruntuhan, menurut otoritas kesehatan Gaza. Serangan ini juga menyebabkan kehancuran besar di seluruh wilayah tersebut dan membuat sekitar 90% dari populasi 2,3 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.