NEW YORK, KOMPAS.TV - Korea Utara membantah tuduhan Korea Selatan dan Ukraina yang menyatakan bahwa mereka telah mengirimkan pasukan untuk membantu Rusia dalam perang di Ukraina.
Pyongyang menyebut tuduhan tersebut sebagai "rumor tak berdasar" dan menegaskan bahwa hubungan mereka dengan Rusia adalah sah dan bersifat kooperatif.
Ini merupakan tanggapan pertama Korea Utara sejak Badan Intelijen Korea Selatan (NIS) pekan lalu menyebut Pyongyang berencana mengirim sekitar 12.000 tentara untuk mendukung Rusia dalam pertempuran di Ukraina.
Bahkan, menurut laporan tersebut, 1.500 tentara Korea Utara sudah berada di Vladivostok untuk menjalani pelatihan adaptasi.
Baca Juga: Korea Utara Disebut Kirim 10.000 Tentara ke Rusia untuk Perang Ukraina, 1.500 Sampai di Vladivostok
"Mengenai apa yang disebut kerja sama militer dengan Rusia, delegasi saya tidak merasa perlu mengomentari rumor stereotip yang tidak berdasar tersebut," kata seorang perwakilan Korea Utara di hadapan Sidang Komite Pertama Majelis Umum PBB yang membahas pelucutan senjata dan keamanan internasional, Senin (21/10/2024), dikutip dari Yonhap.
Ia menambahkan, rumor itu hanya bertujuan mencemarkan citra Korea Utara dan mengganggu hubungan sah antara dua negara berdaulat.
Tuduhan ini pertama kali dilontarkan oleh perwakilan Ukraina di PBB yang menuduh Korea Utara akan segera mengirimkan 11.000 pasukan reguler untuk membantu Rusia di medan perang Ukraina.
Sementara media pemerintah Korea Utara belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait tuduhan pengiriman pasukan ini.
Baca Juga: Ketakutan, Korea Selatan Minta Rusia Tarik Mundur Tentara Korea Utara dari Ukraina
Namun, Kremlin pada hari yang sama, menolak mengonfirmasi laporan tersebut dan justru mengkritik bagaimana klaim Korea Selatan tidak didukung oleh sekutunya, Amerika Serikat.
Washington sendiri tidak memberikan konfirmasi terkait dugaan pengiriman pasukan ini, meskipun menyatakan keprihatinan apabila hal tersebut terbukti benar.
Dalam pertemuan terpisah di Dewan Keamanan PBB pada hari yang sama, Duta Besar Korea Selatan untuk PBB, Hwang Joon-kook, mendesak penghentian segera kerja sama militer yang berkembang antara Korea Utara dan Rusia.
Ia menyebut kerja sama ini berpotensi menjadikan Korea Utara sebagai "pihak yang aktif terlibat dalam perang."
"Kami sangat menyadari bahwa Korea Utara adalah pelanggar tetap norma internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB. Namun, tindakan Pyongyang belakangan ini bahkan mengejutkan kami," kata Hwang.
Ia juga mengecam Rusia karena, menurutnya, melibatkan negara ketiga dalam agresi ini sebagai bentuk “perjudian” yang dilakukan Moskow akibat keputusasaan.
"Sulit dipercaya bahwa anggota tetap Dewan Keamanan PBB akan mengambil tindakan yang begitu gegabah dan mengubah arah perang ini," tambah Hwang.
Ia pun mendesak Rusia dan Korea Utara segera menghentikan pelanggaran terhadap kewajiban internasional mereka.
Baca Juga: Menhan AS Muncul di Kiev usai Serangan Drone Rusia, Mumet Cari Cara Bantu Militer Ukraina
Pada Jumat (18/10/2024), NIS mengonfirmasi bahwa Korea Utara telah memulai pengiriman pasukan khusus ke Rusia pada 8 hingga 13 Oktober.
Sebanyak 1.500 tentara disebut dikirim pada fase pertama menggunakan empat kapal pendarat amfibi dan tiga kapal pengawal milik Angkatan Laut Rusia.
NIS menyebut pasukan tersebut dipindahkan dari wilayah sekitar kota Chongjin, Hamhung, dan Musudan di Korea Utara ke Vladivostok, Rusia.
Menurut sumber intelijen di Seoul, total 12.000 pasukan diperkirakan akan dikerahkan, termasuk unit-unit militer elite Korea Utara.
Mereka diperkirakan akan terlibat langsung dalam pertempuran setelah menyelesaikan pelatihan adaptasi bersama militer Rusia.
NIS juga mengungkapkan para tentara Korea Utara yang dikerahkan ke Rusia diberi seragam dan senjata militer Rusia. Mereka disebut bahkan diberi identitas palsu untuk menyamarkan keterlibatan langsung dalam konflik.
Pasukan Korea Utara disebut ditempatkan di berbagai wilayah di Timur Jauh Rusia, termasuk Vladivostok, Ussuriysk, Khabarovsk, dan Blagoveshchensk.
Setelah menyelesaikan pelatihan adaptasi, mereka diperkirakan akan dikirim ke garis depan di Ukraina.
Baca Juga: Rusia Unjuk Gigi Saingi Dominasi Barat, Gelar KTT BRICS yang Anggotanya Terus Bertambah
Sumber : Yonhap
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.