Kompas TV internasional kompas dunia

Korea Utara Hancurkan Jalan dan Rel Menuju Korea Selatan, Apa Tujuannya? Ini Penjelasannya

Kompas.tv - 16 Oktober 2024, 21:40 WIB
korea-utara-hancurkan-jalan-dan-rel-menuju-korea-selatan-apa-tujuannya-ini-penjelasannya
Otoritas Korea Utara dilaporkan meledakkan jalan yang menghubungkan dengan Korea Selatan pada Selasa (15/10/2024). (Sumber: Yonhap)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

SEOUL, KOMPAS.TV – Korea Utara dilaporkan menghancurkan jalan dan rel kereta yang menghubungkan wilayahnya dengan Korea Selatan, belum lama ini.

Ancaman perang dan pengerahan senjata nuklir semakin memperlihatkan ketidakpuasan Korea Utara terhadap Korea Selatan. Namun, apa sebenarnya alasan di balik langkah-langkah ekstrem ini?

Apa yang Berubah?

Selama beberapa dekade, Korea Utara secara resmi berkomitmen pada penyatuan kembali semenanjung Korea, di mana baik Korea Utara maupun Korea Selatan mengeklaim kedaulatan atas seluruh wilayah tersebut dalam konstitusi mereka.

Namun, pada Januari lalu, pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menyatakan Korea Selatan kini menjadi “musuh utama”.

Ia juga memutuskan semua komunikasi dengan Korea Selatan hingga ke tingkat yang “tak bisa dipulihkan kembali” serta menghapus segala referensi tentang “rekonsiliasi” atau “saudara sebangsa”.

Sejak saat itu, Korea Utara meningkatkan uji coba senjata, meluncurkan balon berisi sampah ke Korea Selatan, mengancam perang akibat dugaan serangan drone, dan menghancurkan jalan serta rel kereta yang menghubungkan kedua negara.

Profesor Lim Eul-chul dari Universitas Kyungnam mengatakan “Korea Utara hanya menjalankan apa yang mereka katakan akan dilakukan” dan langkah ini mencerminkan keinginan kuat Pyongyang untuk “menghapus segala premis tentang penyatuan melalui penyerapan oleh Selatan.”

Kim bahkan baru-baru ini menyatakan negaranya tidak lagi tertarik untuk “membebaskan Korea Selatan”.

Baca Juga: Rusia Akan Beri Bantuan Militer jika Korea Utara Diserang, Perjanjian Strategis Disahkan Duma

Mengapa Sekarang?

Dilansir The Straits Times, mungkin alasannya terkait kondisi cuaca. Musim panas ini, Korea Utara dilanda banjir besar yang menghancurkan ribuan rumah dan lahan pertanian, serta menewaskan banyak orang dan memaksa lainnya mengungsi.

Menurut pejabat Korea Selatan, Pyongyang mungkin sengaja memicu konflik dengan Seoul untuk mengalihkan perhatian dari ketidakpuasan domestik yang meningkat.

Klaim Korea Utara bahwa Korea Selatan menerbangkan drone di atas Pyongyang, yang dianggap sebagai pelanggaran keamanan besar, menjadi berita utama di media yang dikontrol ketat oleh pemerintah.

Militer Korea Selatan mengeklaim itu adalah upaya Korea Utara untuk membangkitkan semangat rakyatnya yang “lelah dengan kediktatoran palsu keluarga Kim”.

Penasihat keamanan nasional Korea Selatan, Shin Won-sik menambahkan, “Korea Utara meningkatkan ketegangan untuk memperketat cengkeramannya pada situasi internal yang tidak stabil.”

“Korea Utara adalah rezim yang, secara paradoksal, menjaga stabilitasnya dengan menciptakan ancaman eksternal terhadap sistem mereka,” tambah Shin.

Baca Juga: Korea Utara Ledakkan Jalan Menuju Korea Selatan, Simbol Kerja Sama Kedua Negara


Apa yang Terjadi dengan Drone?

Korea Utara menuduh militer Korea Selatan menerbangkan drone di atas Pyongyang untuk menjatuhkan propaganda anti-rezim—sebuah perkembangan yang dianggap “luar biasa” dan bisa menjadi jalur eskalasi serius antara kedua negara, kata Ankit Panda, seorang analis berbasis di Amerika Serikat kepada AFP.

Korea Utara, yang tidak memiliki pertahanan udara yang kuat, merasa tidak aman dengan serangan tersebut.

Panda menambahkan, drone yang terbang di atas ibu kota nasional Korea Utara bisa menyediakan pengintaian di masa perang yang memungkinkan Korea Selatan menyerang langsung Kim Jong Un.

Cheong Seong-chang, direktur strategi semenanjung Korea di Institut Sejong, mengatakan laporan juga menunjukkan pelanggaran tersebut terdeteksi di wilayah udara di atas markas besar Komite Sentral Partai Buruh Korea, yang mengejutkan para pemimpin Korea Utara.

Bahkan jika drone ini hanya menjatuhkan propaganda bukan untuk mencari kantor Kim, hal ini tetap menjadi masalah serius karena Korea Utara menganggap semua “konten asing sebagai ancaman subversif,” kata Profesor Leif-Eric Easley dari Universitas Ewha di Seoul.

Namun, militer Korea Selatan mengingatkan, Korea Utara sendiri sudah beberapa kali menerbangkan drone ke wilayah Korea Selatan, termasuk ke distrik Yongsan, Seoul, tempat kompleks kepresidenan, pada 2022.

Baca Juga: Ketegangan di Korea Meningkat, Korea Utara Ledakkan Sebagian Jalan Antar-Korea

Apakah Rusia Terlibat?

Sekutu lama Korea Utara dan Rusia semakin dekat sejak Moskow menginvasi Ukraina pada Februari 2022.

Seoul mengeklaim Kim Jong Un telah mengirimkan senjata ke Moskow untuk digunakan melawan Kiev, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky baru-baru ini menuduh Korea Utara mengirim pasukan ke Rusia.

Setelah Korea Utara menghancurkan jalan dan rel kereta yang menghubungkan kedua negara, sekutu mereka, China, menyerukan semua pihak untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.

Namun, Rusia menyalahkan Seoul atas insiden drone tersebut, menyebutnya sebagai “pelanggaran kedaulatan Korea Utara yang sangat kasar.”

“Rusia dan Korea Utara tidak hanya terlibat dalam perdagangan militer yang melanggar sanksi dan menghidupkan kembali komitmen diplomatik era Perang Dingin,” kata Profesor Easley.

“Mereka juga saling memperkuat propaganda politik untuk membenarkan dan menormalisasi perilaku negara pariah mereka.”

Baca Juga: Intelijen Korea Selatan: Korea Utara Diduga Punya Cukup Uranium untuk Bikin Puluhan Senjata Nuklir

Kim Jong Un memeriksa uji coba peluncuran roket ganda 600 mm pada 13 September 2024 di lokasi rahasia Korea Utara. Foto ini disediakan oleh pemerintah Korea Utara, dan tidak dapat diverifikasi secara independen. (Sumber: AP Photo/KCNA)

Apakah Ini Pernah Terjadi Sebelumnya?

Korea Utara dan Selatan telah lama terlibat dalam siklus eskalasi, dan Pyongyang berulang kali menghancurkan infrastruktur penting untuk membuat poin dalam kebijakan luar negerinya.

Pada 2008, Korea Utara meledakkan menara pendingin di kompleks nuklir setelah Amerika Serikat setuju untuk menghapus Pyongyang dari daftar negara sponsor terorisme.

Pada 2018, setelah menandatangani kesepakatan militer dengan Korea Selatan untuk mengurangi ketegangan, Korea Utara secara bersamaan meledakkan 10 pos penjaga.

Ketika diplomasi antara kedua negara terhenti, pada 2020, Pyongyang meledakkan kantor penghubung di perbatasan, sebagai bentuk frustrasi atas aktivis Korea Selatan yang mengirimkan selebaran anti-rezim dengan menggunakan balon ke Korea Utara.


 




Sumber : Straits Times




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x