Angin topan tersebut menyapu sebelah selatan China dan Asia Tenggara pada bulan ini.
Bencana itu meninggalkan kehancuran dengan curah hujan tinggi dan dengan angin yang kencang.
Natthapak mengatakan, penangkarannya telah dibuka selama 17 tahun.
Berhasil bertahan dari musim hujan hingga pada tahun ini, setelah hujan deras terus menerus merusak dinding di tanki buaya.
“Saya harus membuat keputusan dalam waktu kurang dari 24 jam saat saya melihat erosi dengan cepat meningkat,” katanya.
Ia pun menambahkan membunuh buaya-buaya tersebut dengan menyetrum mereka.
Kepala Kantor Nelayan Lamphun, Pornthip Nualanong mengatakan, Natthapak telah menginformasikannya ketika hujan deras mulai mengancam penangkarannya.
“Membunuh buaya-buaya itu merupakan tindakan berani dan bertanggung jawab untuk diambil, karena jika ada buaya dewasa itu yang melarikan diri ke ladang padi terdekat maka akan mengancam keamanan publik,” tuturnya.
Baca Juga: Mengejutkan! Nenek Berusia 80 Tahun Ini Jadi Finalis Miss Universe Korea, Ternyata Ini Niatannya
Di antara yang dibunuh adalah Ai Harn, buaya Jantan tertua dan juga pemimpin kawanan, yang memiliki panjang 4 meter.
Video juga memperlihatkan seorang penggali mengeluarkan tubuh buaya yang mati.
Buaya siam sangat terancam punah, namun mereka banyak dijual dan dibiakkan di Thailand.
Sumber : CNN Internasional
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.