ISTANBUL, KOMPAS TV – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengecam kehadiran Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam Sidang Umum PBB, yang dianggapnya sebagai sebuah "aib."
"Ini benar-benar aib bahwa seorang kriminal (Netanyahu) yang melakukan genosida di Palestina bisa berada di bawah atap PBB. Ini adalah penghinaan terhadap kenangan bayi, anak-anak, ibu, ayah, pejabat PBB, jurnalis, dan banyak lainnya yang dibantai secara brutal," ujar Erdogan kepada wartawan hari Kamis, 26 September 2024 di New York.
Netanyahu berangkat ke New York pada Kamis dini hari, menurut Kantor Perdana Menteri Israel. Ia dijadwalkan memberikan pidato dalam Sidang Umum PBB yang ke-79 pada Jumat, seperti dilaporkan media setempat.
"Sidang Umum PBB akan memperlakukan pembunuh (Netanyahu) sebagaimana mestinya atau situasi memalukan ini akan tercatat dalam sejarah PBB sebagai noda hitam," kata Erdogan.
Baca Juga: Erdogan Murka di Majelis Umum PBB: Netanyahu Harus Dihentikan seperti Adolf Hitler
Kegagalan PBB Menjaga Perdamaian
Erdogan menegaskan PBB saat ini tidak mampu menjalankan misinya untuk mencegah perang, bahkan tidak mampu melindungi para pejabatnya sendiri dan tidak mampu meminta pertanggungjawaban Israel atas pembunuhan mereka.
Ia juga menekankan PBB kehilangan fungsinya dan berubah menjadi sebuah struktur yang hanya menjaga sistem di mana "kekuatan adalah kebenaran."
Sejak Senin pagi, Israel telah menggempur Lebanon, menewaskan sedikitnya 677 orang dan melukai lebih dari 2.500 lainnya, menurut angka yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Lebanon.
Kelompok Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.500 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, setelah serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober lalu.
Baca Juga: Israel Bantai Warga Gaza dan Lebanon, AS Malah Janjikan Bantuan Senjata Senilai Rp134 Triliun
Seruan Erdogan di Sidang PBB
Dalam pidatonya di Sidang Umum, Erdogan menyampaikan pandangannya tentang berbagai isu penting yang krusial untuk menjaga perdamaian dan keamanan global.
"Dalam kasus Gaza, saya sekali lagi dengan tegas menyatakan bahwa sistem internasional saat ini dan lembaga-lembaganya telah gagal menjalankan tugas utama mereka. Saya menunjukkan bahwa kemanusiaan bisa hidup di dunia yang lebih adil yang mendengarkan suara-suara mereka yang tertindas," katanya.
Erdogan mengadakan serangkaian pertemuan bilateral di New York dengan para pemimpin dunia seperti kanselir Jerman, presiden Ukraina, perdana menteri Yunani, dan sekjen PBB.
Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, Erdogan menekankan pentingnya peningkatan bantuan kepada Palestina sebelum musim dingin dan mendesak semua negara untuk meningkatkan tekanan pada Israel.
Baca Juga: AS Frustasi Netanyahu Tolak Gencatan Senjata dengan Hizbullah, padahal Diyakini Bakal Setuju
Menyoroti Situasi Kemanusiaan di Gaza dan Lebanon
"Israel benar-benar menggunakan segala cara untuk menyebarkan api kematian di Gaza ke seluruh wilayah, sebagaimana yang telah kami peringatkan selama berbulan-bulan. Serangan ke Lebanon adalah contoh terbaru dari ini. Lebih dari 600 warga Lebanon telah dibantai dalam seminggu terakhir," katanya.
"Selama dunia tetap diam dan negara-negara Barat terus memberikan dukungan militer kepada pemerintahan Israel, pembantaian ini akan terus berlanjut. Kami menyoroti bahaya ini dalam pembicaraan kami," kata Erdogan.
Mengenai serangan terbaru Israel ke Lebanon, Erdogan mengatakan ada trauma serius yang terjadi di Lebanon.
Presiden Turki ini juga menyatakan sedang memantau proses evakuasi di selatan Lebanon. "Ini benar-benar menyakitkan bagi kami. Wilayah kami sedang menghadapi gambar yang sangat kejam dan mengerikan. Kita berbicara tentang Lebanon, yang berpenduduk enam juta jiwa. Ke mana orang-orang ini akan melarikan diri?"
Sekitar 13.500 warga Suriah telah meninggalkan Lebanon menuju Suriah sejak dimulainya serangan udara Israel pada hari Senin, menurut Menteri Dalam Negeri Lebanon pada Kamis.
Beberapa negara telah mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon dan sangat menyarankan agar tidak bepergian ke negara itu sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sembilan negara lainnya menyerukan Israel dan Hezbollah pada Rabu malam untuk menyetujui gencatan senjata 21 hari di tengah meningkatnya perang lintas batas antara kedua pihak.
Namun, Netanyahu membantah laporan media bahwa ia menyetujui gencatan senjata yang diusulkan, dengan mengatakan bahwa ia memerintahkan pasukannya untuk terus menyerang Lebanon dengan kekuatan penuh.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.