Dalam hal konflik regional, Presiden Iran tersebut mengambil sikap tegas dengan mengkritik keras tindakan Israel di Gaza dan Lebanon.
Ia menyoroti jumlah korban tewas di Gaza yang telah mencapai lebih dari 41.000 jiwa sejak serangan 7 Oktober tahun lalu, sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.
Pezeshkian mengutuk cara beberapa negara yang mendukung Israel menganggap tindakan tersebut sebagai "pertahanan sah," meskipun sasaran serangan Israel mencakup rumah sakit dan sekolah.
Dia memperingatkan bahwa serangan dan pembunuhan ilmuwan serta tamu Iran oleh Israel, yang dikategorikan sebagai serangan teroris, tidak akan dibiarkan tanpa balasan. "Israel telah menghancurkan nyawa para ilmuwan kami melalui pembunuhan. Mereka juga secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi mendukung kelompok teroris Daesh/ISIS. Serangan teroris rezim ini di Iran dan Lebanon tidak akan dibiarkan begitu saja," kata Pezeshkian.
Terkait isu Palestina, Pezeshkian kembali mengusulkan referendum bagi penduduk di wilayah Palestina untuk menentukan nasib mereka sendiri. Menurutnya, satu-satunya solusi atas masalah pendudukan Israel adalah dengan memberikan hak penentuan nasib sendiri kepada rakyat Palestina.
"Dunia harus segera menghentikan kekerasan ini. Gencatan senjata permanen harus ditegakkan di Gaza dan Lebanon. Hentikan rezim ini sebelum ia menyulut api di kawasan dan dunia," Pezeshkian memperingatkan.
Dalam pidatonya, Pezeshkian juga membahas konflik Rusia-Ukraina dan menyuarakan dukungan untuk penyelesaian damai melalui dialog antara kedua negara.
Pidato Presiden Pezeshkian ini menandai potensi perubahan pendekatan diplomatik Iran, yang mengisyaratkan keterbukaan terhadap keterlibatan internasional, namun tetap bersikap kritis terhadap kebijakan Barat dan Israel.
Sumber : Anadolu / IRNA
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.