WASHINGTON, KOMPAS.TV — Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut bahwa perang yang sedang berlangsung dengan Rusia dapat berakhir lebih cepat dari yang diperkirakan banyak pihak.
Dalam wawancaranya dengan media Amerika Serikat (AS), ABC News, pada Selasa (24/9/2024), Zelensky menegaskan, kunci utama untuk mencapai perdamaian adalah dengan mempertahankan kekuatan militer Ukraina.
“Kita lebih dekat pada perdamaian daripada yang kita bayangkan. Kita hanya harus sangat kuat, sangat kuat,” ujar Zelensky dikutip dari BBC.
Zelensky sendiri saat ini tengah berada di AS untuk bertemu Presiden Joe Biden dan sejumlah pemimpin dunia lainnya.
Zelensky mengungkapkan, ia akan menyampaikan rencana kemenangan kepada Biden dalam pertemuan mereka.
Rencana ini, menurutnya, tidak fokus pada negosiasi langsung dengan Rusia, melainkan membangun “jembatan menuju solusi diplomatik” untuk menghentikan perang yang telah berlangsung sejak Februari 2022.
Dalam rencana tersebut, Ukraina membutuhkan dukungan dari sekutu-sekutunya untuk memperkuat kemampuan militer mereka guna menghadapi agresi Rusia.
Sementara itu, Kremlin merespons dengan hati-hati terhadap laporan media mengenai rencana Ukraina.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa perang hanya akan berakhir jika Rusia mencapai tujuan-tujuan yang telah mereka tetapkan sejak awal.
Baca Juga: Uni Eropa Janji Pinjamkan Ukraina hingga Rp 590 Triliun untuk Bangun Kembali Ekonomi dan Listrik
Namun, Peskov tidak memberikan detail lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud dengan tujuan-tujuan tersebut.
Dalam kunjungannya ke AS, Zelensky juga kembali meminta dukungan persenjataan dari Washington.
Selama ini, Ukraina telah meminta pelonggaran pembatasan penggunaan rudal jarak jauh, yang memungkinkan serangan lebih jauh ke dalam wilayah Rusia.
Akan tetapi, dalam sebuah wawancara pada Minggu (22/9/2024), Biden menyatakan belum mengambil keputusan terkait permintaan tersebut.
“Semua orang menantikan keputusan Presiden Biden, dan kita membutuhkan ini untuk mempertahankan diri,” kata Zelensky.
Selama di AS, Zelensky juga dijadwalkan berbicara di hadapan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (25/9/2024).
Selain itu, ia juga akan bertemu dengan sejumlah kandidat presiden AS, termasuk Donald Trump dan Kamala Harris. Pertemuan ini dipandang strategis dalam rangka mendapatkan dukungan politik dari berbagai kubu di AS.
Presiden Republik Ceko, Petr Pavel, dalam wawancaranya dengan The New York Times, mengatakan Ukraina harus realistis mengenai kemampuannya untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang kini diduduki Rusia.
Menurut Pavel, kemungkinan besar sebagian wilayah Ukraina akan tetap berada di bawah kontrol Rusia untuk beberapa tahun ke depan.
Baca Juga: Musuh Putin Serukan Agar Presiden Rusia Tak Menang Perang di Ukraina, Ingin Rusia yang Demokratis
Pavel menyebut, kekalahan Ukraina atau Rusia "tidak akan terjadi begitu saja", seraya menambahkan bahwa akhir konflik akan terjadi "di antara keduanya".
Meski Zelensky sedang melakukan upaya diplomatik di AS, serangan Rusia terhadap wilayah Ukraina tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti.
Pada Selasa (24/9/2024), serangan udara Rusia menghantam sebuah gedung apartemen di Kota Kharkiv, Ukraina timur laut.
Tiga orang dilaporkan tewas dan 15 lainnya luka-luka dalam serangan yang dilakukan dengan bom luncur tersebut.
Di Kota Poltava, Ukraina timur, serangan yang terjadi pada Senin malam (23/9/2024) merusak sejumlah infrastruktur penting.
Sementara di Zaporizhzhia, serangan udara besar-besaran menewaskan satu orang dan melukai enam lainnya.
Serangan Rusia di bagian timur Ukraina semakin intensif, dengan pasukan Rusia terus berupaya untuk menguasai Kota Vuhledar di selatan garis depan Donbas.
Menurut Kostyantyn Mashovets, seorang pakar militer Ukraina yang juga pensiunan kolonel, pasukan Ukraina harus bersiap menghadapi kemungkinan jatuhnya beberapa kota strategis di wilayah Donbas, termasuk Selydove, Toretsk, dan Vuhledar.
“Saya berharap saya salah, tetapi dari informasi yang saya miliki, ini adalah skenario yang sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat,” tulis Mashovets di Facebook.
Baca Juga: Erdogan Buka-bukaan Saat Turki Gagal Mediasi Perdamaian Rusia dan Ukraina, Ini yang Jadi Halangan
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.