BEIRUT, KOMPAS.TV — Serangan udara Israel pada Senin (18/9/2024) menewaskan lebih dari 270 warga Lebanon, menjadikannya serangan paling mematikan sejak perang Israel-Hizbullah tahun 2006.
Ribuan warga Lebanon melarikan diri dari wilayah selatan. Jalan raya utama dari kota pelabuhan Sidon ke Beirut macet dengan kendaraan yang menuju ibu kota, dalam eksodus terbesar sejak pertempuran pada 2006.
Lebih dari 1.000 orang lainnya terluka akibat serangan ini, yang menambah parah situasi negara yang masih berusaha pulih dari serangan mematikan terhadap perangkat komunikasi pekan lalu.
Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad, dalam konferensi pers di Beirut, Senin (23/9/2024) mengatakan serangan Israel menghantam rumah sakit, pusat-pusat medis, dan ambulans.
Pemerintah Lebanon memerintahkan penutupan sekolah dan universitas di sebagian besar wilayah negara tersebut, serta mulai mempersiapkan tempat penampungan bagi warga yang mengungsi dari Lebanon selatan.
Palang Merah Lebanon mengungkapkan kepada Associated Press bahwa satuan ambulans di seluruh negeri telah dimobilisasi untuk mendukung paramedis di Lebanon selatan. Rumah sakit di wilayah tersebut kesulitan menangani kapasitas pasien, sehingga tim lain dari Palang Merah membantu memindahkan korban luka ke rumah sakit di wilayah utara, menurut pejabat setempat.
Militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah menyerang sekitar 800 target di Lebanon, dengan tujuan menargetkan lokasi senjata Hizbullah. Beberapa serangan menghantam area pemukiman di kota-kota di wilayah selatan dan Lembah Bekaa di timur Lebanon.
Salah satu serangan menghantam area hutan di Byblos, Lebanon tengah, yang berjarak lebih dari 130 kilometer dari perbatasan utara Beirut. Serangan ini memperluas jangkauan konflik hingga ke wilayah yang lebih jauh dari pusat pertempuran, menunjukkan skala dan intensitas dari kampanye militer Israel terhadap Hizbullah.
Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, kembali memperingatkan warga untuk segera mengungsi dari area di mana Hizbullah menyimpan senjata, termasuk di wilayah perbukitan dan lembah.
Baca Juga: China Perintahkan Warganya Segera Tinggalkan Israel dan Lebanon di Tengah Eskalasi Konflik
Di sisi lain, Hizbullah dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa mereka telah menembakkan puluhan roket ke pos militer Israel di Galilea, serta menargetkan fasilitas militer perusahaan pertahanan Rafael yang berbasis di Haifa untuk hari kedua.
Saat Israel melancarkan serangannya, otoritas Israel melaporkan sejumlah sirene peringatan serangan udara di Israel utara, yang memperingatkan adanya tembakan roket dari Lebanon.
Peringatan evakuasi yang disampaikan Israel merupakan yang pertama dalam hampir setahun konflik yang terus meningkat. Ini terjadi setelah serangan besar-besaran pada Minggu ketika Hizbullah meluncurkan sekitar 150 roket, rudal, dan drone ke Israel utara sebagai balasan atas serangan yang menewaskan seorang komandan senior dan puluhan pejuang Hizbullah.
Belum ada tanda-tanda eksodus langsung dari desa-desa di Lebanon selatan, dan peringatan itu menyiratkan bahwa beberapa warga mungkin tinggal di dekat bangunan yang menjadi target tanpa mengetahui risiko yang mereka hadapi.
Meningkatnya serangan dan balasan telah menimbulkan kekhawatiran akan perang besar-besaran, terutama saat Israel masih berjuang melawan Hamas di Gaza dan berupaya mengembalikan sejumlah sandera yang diambil dalam serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Hizbullah telah bersumpah untuk terus melancarkan serangan sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina dan Hamas, kelompok militan yang juga didukung Iran. Israel menyatakan komitmennya untuk mengembalikan ketenangan di perbatasan utara.
Jurnalis Associated Press di Lebanon selatan melaporkan serangan udara hebat yang menargetkan banyak area pada Senin pagi, termasuk beberapa yang jauh dari perbatasan.
Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan bahwa serangan menghantam area hutan di Provinsi Byblos, sekitar 130 kilometer dari perbatasan Israel-Lebanon. Tidak ada korban yang dilaporkan di sana. Israel juga mengebom target di wilayah Baalbek dan Hermel di timur laut Lebanon, di mana seorang penggembala tewas dan dua anggota keluarganya terluka, menurut kantor berita tersebut. Sebanyak 30 orang terluka dalam serangan itu.
Baca Juga: Linimasa Sejarah Konflik Hizbullah dengan Israel dan Dampaknya bagi Palestina
Kementerian Kesehatan Lebanon meminta rumah sakit di Lebanon selatan dan Lembah Bekaa untuk menunda operasi yang tidak mendesak. Kementerian menyatakan permintaan ini bertujuan untuk menjaga kesiapan rumah sakit dalam menangani korban yang terluka akibat "agresi Israel yang semakin meluas di Lebanon."
Seorang pejabat militer Israel mengatakan Israel fokus pada operasi udara dan tidak punya rencana segera operasi darat. Pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan serangan ditujukan untuk mengurangi kemampuan Hizbullah melancarkan serangan lebih lanjut ke Israel.
Media Lebanon melaporkan bahwa warga menerima pesan teks yang mendesak mereka untuk menjauh dari bangunan yang menyimpan senjata Hizbullah. "Jika Anda berada di gedung yang menyimpan senjata untuk Hizbullah, segera tinggalkan desa tersebut hingga pemberitahuan lebih lanjut," bunyi pesan tersebut dalam bahasa Arab, menurut media Lebanon.
Menteri Informasi Lebanon, Ziad Makary, menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kantornya di Beirut telah menerima pesan suara yang menyuruh warga untuk meninggalkan gedung. "Ini adalah bagian dari perang psikologis yang dijalankan oleh musuh," kata Makary, dan meminta warga "untuk tidak memberikan perhatian lebih pada masalah ini daripada yang seharusnya."
Belum jelas berapa banyak orang yang akan terdampak oleh perintah Israel. Komunitas di kedua sisi perbatasan sebagian besar sudah kosong karena baku tembak hampir setiap hari.
Israel menuduh Hizbullah mengubah seluruh komunitas di selatan Lebanon menjadi basis militan, dengan peluncur roket tersembunyi dan infrastruktur militer lainnya. Hal ini membuat militer Israel mungkin melakukan kampanye pemboman yang sangat berat, bahkan jika pasukan darat tidak bergerak masuk.
Pekan lalu, ribuan perangkat komunikasi yang digunakan terutama oleh anggota Hizbullah meledak di berbagai wilayah Lebanon, menewaskan 39 orang dan melukai hampir 3.000 lainnya. Lebanon menyalahkan Israel atas serangan tersebut, namun Israel tidak mengonfirmasi atau membantah tanggung jawab.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.