Baca Juga: Militer Haiti Rekrut Tentara Baru untuk Lawan Geng, Anak Muda Berbondong-bondong Melamar
Saat ini, sekitar 400 polisi Kenya berada di Haiti, dan sekitar 20 polisi dan tentara Jamaika juga baru tiba.
Namun, pejabat AS dan lainnya mengungkapkan, kekhawatiran mengenai ketidakcukupan pasukan dan sumber daya ini mengingat geng-geng mengendalikan sekitar 80% ibu kota, Port-au-Prince.
Ahli hak asasi manusia PBB, William O'Neill yang baru-baru ini mengunjungi Haiti memperingatkan, kekerasan geng semakin menyebar dan Kepolisian Nasional Haiti masih kekurangan dukungan logistik serta teknis yang diperlukan untuk memerangi ancaman ini.
Ia menyoroti konsekuensi kemanusiaan yang mengkhawatirkan, termasuk inflasi yang meningkat dan kekurangan barang-barang dasar yang semakin membahayakan populasi rentan, terutama wanita dan anak-anak.
Misi keamanan diperkirakan akan mencapai total 2.500 personel, dengan komitmen dari Bahama, Bangladesh, Barbados, Benin, dan Chad untuk mengirimkan polisi dan tentara, meskipun belum jelas kapan pengiriman tersebut akan terjadi.
Sementara itu, pihak AS telah mengusulkan gagasan untuk membentuk pasukan penjaga perdamaian PBB.
Namun gagasan ini kontroversial mengingat dampak negatif dari misi PBB sebelumnya di Haiti, termasuk wabah kolera dan tuduhan pelecehan seksual.
Kunjungan Ruto juga bertepatan dengan pembentukan dewan pemilihan sementara di Haiti yang sangat diharapkan oleh komunitas internasional untuk memfasilitasi pemilihan umum pertama di negara itu sejak tahun 2016.
Dalam kekosongan kekuasaan setelah pembunuhan Moïse, geng-geng hanya semakin menguat.
Banyak pihak berharap pemilihan umum yang akan datang bersama dengan dukungan internasional dapat membantu mengembalikan ketertiban di Haiti.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.