ISLAMABAD, KOMPAS.TV - Seorang pria yang diduga penghina Nabi Muhammad ditembak mati polisi di selatan Pakistan.
Insiden tersebut pun memicu kecaman dari kelompok hak asasi manusia (HAM).
Menurut Kepala Polisi Provinsi Sindh, Niaz Khoso, Dr Shahnawaz Kanbhar terbunuh saat aksi saling tembak dengan polisi, yang tak mengenali dirinya.
Baca Juga: Viral Momen Mengerikan Pria Terekam Kamera Jatuh dari Gunung, Begini Nasibnya Sekarang
Dikutip dari BBC Internasional, Jumat (20/9/2024), Dr Kanbhar bersembunyi sejak Selasa (17/9/2024).
Ia dituduh telah menghina Nabi Muhammad dan membagikan penistaan agama itu lewat konten di media sosial.
Ia pun menjadi penista agama Islam kedua di Pakistan yang ditembak mati dalam waktu sepekan.
Menurut laporan polisi, petugas di Kota Mirpur Khas, telah mencoba menghentikan dua orang yang mengendarai motor, Rabu (18/9/2024).
Mereka diberhentikan karena polisi ingin melakukan pencarian pada kendaraan mereka.
Bukannya bekerja sama, menurut laporan, salah satu dari mereka malah melepas tembakan.
Aksi saling menembak pun terjadi, dengan Dr Kanbhar akhirnya terbunuh.
Menurut Khoso, baru setelah penembakan, pihak kepolisian mengetahui bahwa orang yang mereka tembak adalah Dr. Kanbhar.
Sementara itu, orang lainnya yang mengendarai motor berhasil melarikan diri.
Petugas kepolisian lainnya, Khas Asad Chaudhry, mengatakan bahwa Dr Kanbhar tak sengaja tertembak oleh rekannya sendiri di atas motor.
Namun, kerabat Dr Kanbhar mengatakan bahwa ia terbunuh dalam “pemeriksaan palsu”, yang langsung dibantah oleh kepolisian.
Menteri Dalam Negeri Provinsi Sindh, Zia-ul-Hajar Linjar telah memerintahkan penyelidikan independen atas kematian Dr Kabhar.
Terbunuhnya Dr Kanbhar hanya selang sepekan setelah polisi menembak tersangka kasus penistaan agama di Kota Quetta.
Ironisnya, penembakan tersebut terjadi di markas kepolisian sendiri.
Baca Juga: Komandan Militer Hizbullah Kembali Terbunuh oleh Israel, Perang Penuh Sudah di Depan Mata
Kematian kedua orang itu pun memicu kecaman keras dari Komisi HAM Pakistan (HRCP).
Mereka mengungkapkan kekhawatiran besar atas dugaan pembunuhan tanda pengadilan dua orang yang dituduh melakukan penistaan agama.
“Pola kekerasan dalam kasus penistaan agama, yang diduga ada keterlibatan personel penegak hukum, merupakan tren peringatan,” bunyi pernyataan mereka.
Sumber : BBC Internasional
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.