BEIRUT, KOMPAS.TV – Sore itu seharusnya jadi sore yang menyenangkan bagi Fatima Abdullah, gadis cilik 8 tahun warga Lebanon. Selasa sore (17/9/2024) itu, Fatima baru saja pulang dari hari pertamanya bersekolah. Ia lalu belajar di ruangan dapur rumah keluarganya di Desa Saraain El Faouqa di Lembah Bekaa, sekitar 80-an kilometer di timur ibu kota Beirut. Ayah dan kakak laki-lakinya tengah berada di luar rumah.
Saat itulah, pager atau penyeranta milik ayahnya berbunyi. Bip bip. Ada pesan masuk.
Fatima bergegas bangkit dari duduknya, mengambil pager sang ayah, lalu beranjak melangkah keluar, hendak menyerahkannya pada sang ayah.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Saat itulah, pager sang ayah meledak dalam genggaman tangan mungilnya.
Bocah cilik itu langsung jatuh tersungkur, tak bangun-bangun lagi.
Baca Juga: 5 Fakta Ledakan Pager Massal di Lebanon: Serangan Disiapkan sejak Lama, Dipicu Kiriman Pesan
Bibi sang bocah, Fatima (48), menggambarkan saat-saat terakhir bocah cilik bernama sama dengan dirinya itu.
“Fatima baru saja pulang sekolah, hari itu hari pertamanya, dia tampak bahagia sekali, antusias belajar,” tutur sang bibi sambal menangis. “Fatima anak pintar dan disayangi semua orang.”
Melansir Anadolu, Rabu (18/9), Fatima jadi satu dari 12 korban tewas saat ledakan massal pager melanda seantero Lebanon, Selasa (17/9). Masa depan dan mimpi-mimpinya terenggut dari tangannya, meledak bersama pager sang ayah.
Fatima kini menjadi simbol dukacita Lebanon. Para pengguna media social membagikan nama dan fotonya, menjadikannya sebagai korban ledakan massal pager yang tak berdosa.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.