TOKYO, KOMPAS.TV - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, dilaporkan kembali meluncurkan beberapa rudal balistik pada Rabu (18/9/2024) pagi.
Aksi tersebut semakin memicu kekhawatiran negara-negara di kawasan, khususnya Jepang dan Korea Selatan, yang kini meningkatkan kewaspadaan untuk menghadapi ancaman keamanan dari Pyongyang.
Dilansir The Japan Times, Kementerian Pertahanan Jepang melaporkan bahwa peluncuran rudal terjadi antara pukul 6:53 hingga 7:23 waktu setempat.
Rudal-rudal tersebut jatuh di perairan di luar zona ekonomi eksklusif Jepang, tanpa menimbulkan kerusakan langsung.
Meski demikian, pemerintah Jepang mengecam keras tindakan ini. Menteri Pertahanan Jepang Minoru Kihara menyebut peluncuran rudal tersebut adalah "pelanggaran serius" terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB dan "tidak bisa ditoleransi".
Sementara militer Korea Selatan turut mengonfirmasi peluncuran beberapa rudal balistik jarak pendek oleh Korea Utara.
Rudal-rudal tersebut dilaporkan menempuh jarak sekitar 400 kilometer sebelum jatuh di perairan.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan menegaskan militer negeri itu tetap berada dalam kondisi siap siaga.
"Militer kami akan mempertahankan kemampuan dan tekad untuk merespons setiap provokasi dengan tegas," ungkap pernyataan resmi militer Korea Selatan.
Peluncuran rudal ini diduga melibatkan rudal Hwasong-11 yang sebelumnya diuji coba pada Juli lalu.
Baca Juga: Kim Jong Un Ketemu Anak Buah Putin, Perkuat Kerja Sama Rusia-Korea Utara
Sementara dilansir Yonhap, peluncuran tersebut diduga merupakan bagian dari upaya Korea Utara untuk unjuk kekuatan di tengah dinamika politik internasional yang melibatkan Pyongyang.
Kekhawatiran semakin meningkat setelah Korea Utara minggu lalu memberikan akses yang jarang terjadi ke salah satu fasilitas pengayaan uraniumnya.
Kim Jong Un dikabarkan meminta peningkatan jumlah sentrifugal untuk mempercepat produksi material senjata nuklir.
Hal itu dipandang sebagai langkah yang akan semakin meningkatkan ketegangan di kawasan, mengingat ambisi Korea Utara untuk memperbanyak senjata nuklirnya.
Di sisi lain, para pengamat menyebut aksi provokasi ini bisa jadi bagian dari strategi Korea Utara untuk menarik perhatian internasional.
Beberapa ahli berpendapat peluncuran rudal tidak hanya ditujukan untuk menekan pemerintahan Amerika Serikat yang akan datang, tetapi juga sebagai bentuk hubungan dengan Rusia.
Hubungan militer antara Pyongyang dan Moskow semakin erat, terutama setelah kunjungan Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui ke Rusia untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.
Amerika Serikat dan Korea Selatan sebelumnya menuding Korea Utara telah memasok rudal balistik canggih kepada Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina.
Meskipun kedua negara membantah adanya perdagangan senjata tersebut, laporan dari Conflict Armament Research, sebuah lembaga yang berpusat di Inggris, menunjukkan Korea Utara terus mengekspor senjata canggih ke Rusia, termasuk rudal yang diduga diproduksi tahun ini.
Baca Juga: Kim Jong Un Pamer Fasilitas Uranium, Tegaskan Ingin Tingkatkan Kekuatan Nuklir Korea Utara
Sumber : Japan Times/Yonhap
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.