YANGON, KOMPAS.TV – Sedikitnya 236 orang dilaporkan tewas setelah banjir besar melanda sejumlah wilayah di Myanmar akibat terjangan Topan Yagi.
Angka resmi tersebut dilaporkan oleh surat kabar milik pemerintah, Global New Light of Myanmar, pada Selasa (17/9/2024) yang juga melaporkan sebanyak 77 orang masih dinyatakan hilang.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperkirakan jumlah korban jiwa dapat bertambah.
“Berbagai sumber menunjukkan ratusan orang telah meninggal dunia, dengan banyak yang masih hilang,” ungkap OCHA dalam pernyataannya pada Senin (16/9/2024) dikutip dari Al Jazeera.
Saking besarnya banji, bencana ini diperkirakan telah berdampak pada sedikitnya 631.000 orang di berbagai wilayah Myanmar.
Topan Yagi merupakan salah satu badai terkuat yang melanda kawasan Asia Tenggara tahun ini.
Topan tersebut bergerak melintasi selatan China, Vietnam, Laos, hingga Myanmar pekan lalu.
Topan Yagi datang disertai dengan hujan lebat yang memicu banjir parah. Di Vietnam utara, ratusan orang juga telah dilaporkan tewas akibat topan ini.
Di Myanmar, banjir memengaruhi setidaknya sembilan wilayah dan negara bagian, termasuk ibu kota Naypyidaw, wilayah Mandalay, serta negara bagian Kayah, Kayin, dan Shan.
Baca Juga: Korban Tewas Topan Yagi di Myanmar Mencapai 74, Hampir 90 Orang Masih Hilang
Curah hujan tinggi membuat banyak daerah terisolasi, mempersulit proses evakuasi dan bantuan kemanusiaan.
Bencana banjir kali ini terjadi di tengah kondisi politik yang tidak stabil di Myanmar.
Sejak kudeta militer pada Februari 2021, ribuan warga terpaksa mengungsi akibat meningkatnya konflik antara militer dan kelompok-kelompok yang menentang pemerintahan junta.
Meskipun pemerintah Myanmar sebelumnya menolak bantuan internasional, termasuk setelah siklon Mocha menghantam Negara Bagian Rakhine pada Mei 2023, kali ini pihak militer mengeluarkan seruan langka yang meminta bantuan dari luar negeri.
Pihak OCHA menyatakan, ada kebutuhan mendesak akan pasokan makanan, air bersih, obat-obatan, pakaian, dan tempat tinggal bagi para korban.
Namun, upaya tanggap darurat terkendala oleh infrastruktur yang rusak, seperti jalan dan jembatan yang hancur, serta telekomunikasi yang tidak stabil.
Selain itu, pihak OCHA juga mengingatkan, krisis ini diperparah oleh kurangnya pendanaan.
Hanya 25 persen dari total anggaran tanggap darurat untuk Myanmar tahun ini yang telah terpenuhi.
“Situasi ini memerlukan perhatian internasional untuk mencegah lebih banyak korban jiwa dan memulihkan kondisi masyarakat terdampak,” tegas pihak OCHA dalam pernyataannya.
Baca Juga: Korban Jiwa Akibat Topan Yagi di Vietnam Meningkat Menjadi 233 Orang
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.