Dalam cuitannya di X, Kedutaan Besar AS menekankan perusahaan-perusahaan Amerika telah memiliki posisi kuat di Bangladesh.
“Dengan reformasi ekonomi yang tepat, sektor swasta Amerika dapat membuka potensi pertumbuhan Bangladesh melalui perdagangan dan investasi,” tulis akun resmi kedutaan.
Delegasi juga bertemu dengan perwakilan perusahaan-perusahaan Amerika yang beroperasi di Bangladesh, di bawah naungan Kamar Dagang Amerika di Bangladesh (AmCham), pada Sabtu.
Baca Juga: Profil Presiden Sementara Bangladesh Muhammad Yunus: Bankir Kaum Miskin Peraih Nobel
Namun, beberapa perusahaan menyampaikan kekhawatiran mengenai masalah keamanan dan ketertiban di negara tersebut.
Presiden AmCham, Syed Ershad Ahmed, menyebutkan bahwa meskipun ada perbaikan setelah pemerintah interim berkuasa, masih ada beberapa hambatan, seperti repatriasi keuntungan di tengah krisis dolar AS yang terus berlanjut dan tantangan rantai pasokan akibat kemacetan di pelabuhan.
Sementara itu, kerusuhan melanda industri garmen Bangladesh, dengan para pekerja melakukan aksi mogok kerja, menuntut kenaikan upah dan tunjangan yang lebih baik.
Baca Juga: PBB Kirim Tim Pencari Fakta ke Bangladesh untuk Selidiki Pelanggaran HAM saat Kerusuhan
Para pemilik pabrik, pemerintah, dan pemimpin serikat pekerja sedang berupaya meredakan ketegangan ini melalui serangkaian pertemuan.
Bangladesh, sebagai salah satu negara yang paling rentan terhadap bencana akibat perubahan iklim, juga mendapat perhatian dari AS.
Dalam pernyataan resminya di Facebook, Kedutaan Besar AS menyebutkan bahwa AS berkomitmen membantu Bangladesh dalam mengurangi risiko-risiko terkait perubahan iklim.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.