KIEV, KOMPAS TV - Ukraina terus mendesak negara-negara Barat agar diizinkan menggunakan rudal jarak jauh yang sudah mereka terima untuk menyerang target di dalam wilayah Rusia.
Langkah ini menjadi upaya Ukraina untuk menahan gempuran Rusia di wilayah timur yang semakin agresif.
Pejabat Ukraina menegaskan senjata ini sangat penting untuk melemahkan kekuatan serangan Rusia dan memaksa mereka menarik mundur kemampuan militer mereka dari perbatasan Ukraina.
Namun, Rusia mengancam bahwa serangan semacam ini akan dianggap sebagai aksi perang, yang bisa memicu respons keras.
Di sisi lain, negara-negara Barat masih ragu memberikan lampu hijau karena khawatir memancing ketegangan dengan negara pemilik senjata nuklir terbesar di dunia tersebut.
Masalah ini akan menjadi topik pembahasan utama dalam pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di Gedung Putih, serta ketika Biden bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy akhir bulan ini, sebagaimana dilaporkan Associated Press.
Baca Juga: Ukraina Ketakutan dengan Kiriman Senjata Korea Utara ke Rusia, Sebut Jumlahnya Sangat Gila
Senjata yang Ukraina Ingin Gunakan Untuk Menyerang Jauh ke Dalam Rusia
Ukraina meminta senjata jarak jauh seperti Storm Shadow yang dipimpin oleh Inggris, SCALP buatan Prancis, dan ATACMS buatan AS.
Saat ini, Ukraina juga tengah mengembangkan senjata jarak jauh dalam negerinya sendiri, termasuk drone yang mampu menyerang target jauh di dalam wilayah Rusia.
Namun, rudal buatan Barat dianggap lebih canggih, dengan presisi dan daya hancur yang lebih besar.
Rudal Storm Shadow yang diluncurkan dari udara dan ATACMS yang diluncurkan dari darat sudah digunakan Ukraina untuk menyerang instalasi militer dan infrastruktur penting di wilayah yang diduduki Rusia, tetapi belum menyentuh wilayah Rusia sendiri.
Sementara itu, Jerman menolak mengirim rudal TAURUS jarak jauhnya karena khawatir akan meningkatkan eskalasi internasional.
Baca Juga: Komite Militer NATO Dukung Ukraina Gunakan Senjata Jarak Jauh untuk Serang Rusia
Bagaimana Rudal Ini Bisa Membantu Ukraina?
Menurut Ukraina, kemampuan menyerang di wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh ini bisa mengubah jalannya perang.
Mereka bisa menargetkan pangkalan udara, depot logistik, dan pusat komunikasi milik Rusia yang terletak jauh di balik garis perbatasan.
Langkah ini diharapkan dapat mengurangi keunggulan udara Rusia dan memutus jalur pasokan yang digunakan untuk melancarkan serangan udara harian menggunakan drone, rudal, dan bom peluncur yang sangat kuat.
Selain itu, hal ini juga membantu Ukraina melindungi infrastruktur energi yang rusak parah akibat serangan Rusia.
Memasuki musim dingin, yang diperkirakan akan memperlambat gerakan militer di darat, kemampuan serangan udara jarak jauh semakin dibutuhkan.
Ukraina ingin melancarkan serangan balik untuk menghadapi kekurangan personel militer di tengah perang yang sudah berlangsung lebih dari dua setengah tahun.
Namun, minggu lalu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin sempat menahan permintaan Ukraina ini. Pentagon menegaskan meski Ukraina sudah mampu menyerang target di Rusia dengan senjata buatan dalam negeri, rudal ATACMS tidak akan menjadi solusi untuk ancaman utama yang dihadapi Ukraina, seperti bom peluncur jarak jauh Rusia yang diluncurkan dari lebih dari 300 kilometer, yang berada di luar jangkauan ATACMS.
Baca Juga: Ukraina Kembali Desak Barat agar Izinkan Serangan Jarak Jauh ke Wilayah Rusia
Apakah Barat akan Melunak?
Meski terus memberikan bantuan senjata, pelatihan, dan dukungan finansial, Amerika Serikat dan sekutu NATO lainnya masih berusaha menghindari konfrontasi langsung dengan Rusia.
Kremlin sudah memperingatkan bahwa penggunaan rudal Barat di wilayah Rusia akan dianggap sebagai pelanggaran garis merah mereka, dan ancaman ini kembali ditegaskan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin minggu ini.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy telah membahas masalah ini selama kunjungan mereka ke Kiev.
Meski mereka belum membuat keputusan jelas, keduanya mengakui bahwa Rusia terus mencoba mengubah keseimbangan strategis di Ukraina dengan membeli rudal balistik jarak jauh dari Iran.
Sementara itu, Ukraina mengklaim bahwa mereka sudah melanggar "garis merah" Rusia dengan serangan selama lima minggu ke wilayah perbatasan Kursk di Rusia.
Zelenskyy berharap sekutu Barat akan membuat “keputusan yang kuat” ketika ia bertemu dengan Biden akhir bulan ini, namun tidak terwujud.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.