Di Indonesia, negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, Paus tampil percaya diri meskipun tempat ini dianggap sebagai destinasi paling sensitif dalam lawatannya.
Dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi, Paus secara spontan memuji tingkat kelahiran di Indonesia yang relatif tinggi dan menyindir negara-negara Barat yang lebih memilih memelihara "kucing atau anjing kecil" daripada memiliki anak.
Di Papua Nugini, Paus menunjukkan tekadnya untuk mengunjungi daerah terpencil di hutan, meskipun kondisi bandara di Vanimo, dengan populasi sekitar 11.000 orang, tidak memungkinkan baginya untuk menggunakan fasilitas khusus bagi penyandang disabilitas.
Berkat kerja sama dengan pemerintah Australia, Paus akhirnya bisa mendarat di sana menggunakan pesawat kargo militer C-130. Di Vanimo, ia bertemu dengan para misionaris Argentina yang telah tinggal bersama masyarakat lokal selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Paus Fransiskus Nilai Kamala Harris dan Trump Sama, Desak Umat Pilih yang Lebih Sedikit Jahatnya
Isu Sensitif di Timor Leste
Di Timor Leste, Paus menghadapi masalah yang paling rumit dalam kunjungannya: kasus Uskup Carlos Ximenes Belo, pahlawan nasional yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian atas kampanye kemerdekaan non-kekerasannya.
Pada tahun 2022, Vatikan mengungkapkan bahwa Belo dihukum karena pelecehan seksual terhadap anak-anak dan diperintahkan untuk tidak lagi berhubungan dengan Timor Leste.
Meskipun Paus tidak menyebutkan nama Belo secara langsung, ia menekankan pentingnya melindungi anak-anak dari "pelecehan." Isu ini tidak muncul secara eksplisit dalam pidato resmi, tetapi trauma sejarah Timor Leste dan perjuangan kemerdekaan mereka tetap menjadi sorotan.
Baca Juga: Paus Fransiskus: Keadilan Sosial, Perdamaian, hingga Basuh Kaki Pengungsi & Perempuan | ROSI
Pesan Keberanian untuk Pemuda di Singapura
Di Singapura, kunjungan terakhirnya, Paus kembali meninggalkan teks yang telah disiapkan dan berbicara secara spontan kepada para pemuda Singapura. Ia mengingatkan mereka tentang pentingnya keberanian dan mengambil risiko dalam hidup.
“Lebih baik membuat kesalahan karena memilih jalan tertentu, daripada tidak membuat kesalahan karena tetap di rumah,” kata Paus, seolah-olah menjelaskan keputusan beraninya untuk tetap melakukan perjalanan panjang ke Asia meski dengan risiko tinggi karena kesehatannya.
Paus menutup dengan pesan yang penuh semangat.
“Jangan takut untuk mengambil risiko. Orang muda yang tidak berani mengambil risiko, sudah menjadi orangtua.”
Sumber : Associated Press / Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.