Angka tersebut diperkirakan akan mencapai 400 juta pada 2035, melebihi jumlah penduduk Amerika Serikat saat ini.
Akademi Ilmu Sosial China sebelumnya memproyeksikan bahwa dana pensiun publik akan kehabisan dana pada 2035 jika tidak ada langkah perbaikan.
Masalah ini tidak hanya dialami China. Amerika Serikat juga menghadapi tekanan serupa, dengan proyeksi bahwa dana jaminan sosialnya tidak akan mampu membayar penuh hak penerima pada 2033.
"Ini terjadi di mana-mana, tetapi di China, dengan populasi lansia yang besar, tantangannya jauh lebih besar," kata Yanzhong Huang, peneliti senior bidang kesehatan global di Council on Foreign Relations.
Selain meningkatnya jumlah lansia, China juga menghadapi masalah rendahnya angka kelahiran. Banyak pasangan muda enggan memiliki anak karena tingginya biaya hidup.
Pada 2022, untuk pertama kalinya, China melaporkan penurunan jumlah penduduk sebesar 850.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya, dan pada 2023 angka ini semakin memburuk dengan penurunan lebih lanjut sebanyak 2 juta orang.
Tekanan sosial semakin membesar ketika jumlah tenaga kerja yang berkontribusi pada dana pensiun semakin menurun. Dana pensiun di China sebagian besar didanai dari pemotongan gaji para pekerja.
Rasio ketergantungan, yang menghitung jumlah penduduk berusia di atas 65 tahun dibandingkan dengan jumlah pekerja di bawah usia 65 tahun, mencapai 21,8 persen pada 2022. Artinya, sekitar lima pekerja mendukung satu pensiunan.
Rasio itu diperkirakan akan terus meningkat, yang berarti lebih sedikit pekerja yang menopang beban semakin banyaknya pensiunan.
Langkah reformasi usia pensiun ini akan menimbulkan tantangan dalam jangka pendek. Para ahli memperkirakan kebijakan ini akan menambah beban pada ekonomi China yang tengah berjuang dengan tingginya angka pengangguran kaum muda dan lemahnya pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Beijing: Arab Saudi Jadi Prioritas Diplomasi China di Timur Tengah
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.