KIEV, KOMPAS.TV - Kepala Badan Pengawas Nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (IAEA) Rafael Mariano Grossi menyampaikan peringatan keras terkait kondisi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina.
Dalam kunjungan kesepuluhnya ke Ukraina sejak perang dengan Rusia dimulai pada Februari 2022, Grossi menegaskan komitmen untuk memperluas cakupan inspeksi IAEA guna mencakup pasokan listrik kritis yang mendukung operasional PLTN.
Peringatan tersebut disampaikan usai Grossi bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kiev, Selasa (3/9/2024).
"Situasi di stasiun ini sangat rapuh. Pembangkit listrik tersebut hampir mengalami pemadaman total. Kita sudah mengalami delapan kali pemadaman sebelumnya. Jika tidak ada daya, tidak ada pendinginan. Tanpa pendinginan, mungkin akan terjadi bencana," ujar Grossi dikutip dari The Associated Press.
Grossi sedang dalam perjalanan menuju PLTN Zaporizhzhia setelah mengadakan pertemuan dengan Zelenskyy dan pejabat energi Ukraina.
Sebelumnya, melalui akun media sosialnya, Grossi menyatakan bahwa dia akan menuju ke Zaporizhzhia untuk membantu mencegah terjadinya kecelakaan nuklir.
Fasilitas PLTN tersebut berada di bawah kendali Rusia sejak invasi penuh dilakukan pada Februari 2022.
Pada Senin (2/9/2024), terjadi serangan artileri di wilayah sekitar Zaporizhzhia yang menyebabkan kerusakan pada akses daya ke fasilitas tersebut.
Energoatom, operator nuklir Ukraina, menyalahkan Rusia atas serangan tersebut dan memperingatkan bahwa situasi darurat bisa terjadi jika jalur listrik kedua juga mengalami kerusakan.
"Serangan artileri Rusia merusak salah satu dari dua jalur listrik eksternal yang menghubungkan PLTN Zaporizhzhia dengan sistem listrik Ukraina," demikian pernyataan Energoatom di Telegram.
Baca Juga: Rusia Kirim Serangan Rudal Balistik ke Kota Ukraina, Kiev: Sedikitnya 50 Orang Terbunuh
"Jika jalur kedua juga rusak, situasi darurat akan terjadi," tambahnya, seraya menyebutkan bahwa teknisi tidak bisa mengakses lokasi kerusakan karena ancaman serangan lanjutan.
Para analis memperkirakan, jika terjadi ledakan di PLTN Zaporizhzhia, radiasi yang dihasilkan akan menimbulkan kepanikan, meskipun risiko radiasi di luar area ledakan diperkirakan relatif rendah.
Kondisi ini diperkirakan tidak akan sebanding dengan bencana Chernobyl tahun 1986. Namun, jika angin bertiup ke arah timur, radiasi bisa saja menyebar ke wilayah Rusia.
Zaporizhzhia merupakan salah satu dari empat wilayah di selatan dan timur Ukraina yang sebagian dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada September 2022, tujuh bulan setelah invasi dilancarkan.
IAEA yang berbasis di Wina menyatakan, serangan yang terus berlanjut di wilayah Zaporizhzhia, serta kerusakan pada jaringan listrik Ukraina, merupakan ancaman serius bagi pasokan listrik yang krusial bagi operasional PLTN di negara tersebut.
Badan ini juga melaporkan bahwa staf mereka di Zaporizhzhia baru-baru ini harus berlindung di dalam ruangan akibat ancaman drone yang dilaporkan terjadi di area tersebut.
Selain Zaporizhzhia, Ukraina masih memiliki tiga PLTN aktif lainnya. Grossi yang melakukan perjalanan bersama tim ahli dan pejabat IAEA, juga menggelar serangkaian pertemuan di Kiev, termasuk dengan Menteri Energi Ukraina Herman Halushchenko.
Grossi menyatakan telah menerima permintaan Ukraina untuk memperluas inspeksi ke substation listrik yang mendukung pasokan daya ke PLTN negara itu.
"Ini adalah dimensi baru, dimensi penting yang kami harap dapat menjadi dukungan bagi Ukraina, yang baru saja kami diskusikan dan sepakati dengan Presiden Zelenskyy," kata Grossi.
Baca Juga: Zelenskyy Salah Perhitungan Serang Kursk, Pasukan Rusia Malah Makin Dekat ke Kota Penting Ukraina
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.