YERUSALEM, KOMPAS.TV - Komandan baru dari salah satu brigade militer Israel disebut mendorong tentaranya untuk melakukan genosida di Lebanon.
Hal itu diungkapkan Adi Engert, petugas kesehatan mental di Brigade Alexandroni, melalui unggahan di X pada Senin (26/8/2024) malam, yang kemudian dihapus.
Meski begitu, pernyataan Engert telah beredar luas di media Israel.
Dilansir Anadolu, dalam unggahannya, Engert menuduh komandan baru Brigade Alexandroni, Kolonel Moshe Pesel, mendorong pasukannya untuk menghancurkan desa-desa di Lebanon dan menjadikan jalan-jalan di sana tidak bisa dilalui.
Baca Juga: Menteri Israel Itamar Ben Gvir Ingin Bangun Sinagoga di Masjid Al-Aqsa, Otoritas Palestina Murka
"Desa-desa Lebanon agar menjadi sunyi, dan jalan-jalannya tidak bisa dilalui," kata Pesel dalam sebuah kutipan dari fail yang dikirimkannya kepada para prajurit.
Engert melampirkan komentar tersebut dalam unggahannya. Foto dari komentar tersebut terus beredar di media Israel meski unggahannya telah dihapus.
Menurut laporan Israeli Broadcasting Authority, Engert menyebut setelah Pesel mengambil alih komando, dia mengirim pesan kepada para prajurit brigade.
Pesan itu berbunyi: "Komandan baru (saya) telah bergabung dengan brigade. Sebagai permulaan, saya berharap pasukan melakukan genosida."
Kontroversi ini menarik perhatian publik, terutama karena Brigade Alexandroni telah bertugas lebih dari 200 hari sejak 7 Oktober, menjaga perbatasan dengan Lebanon dan di Jalur Gaza.
Baca Juga: Lebih dari 16.400 Anak Dibantai dalam Serangan Genosida Israel di Gaza sejak 7 Oktober
Stasiun televisi Israel, Channel 12, melaporkan pada Selasa (27/8/2024) bahwa para prajurit Alexandroni Brigade telah menghabiskan lebih dari 200 hari sebagai pasukan cadangan sejak 7 Oktober di perbatasan dengan Lebanon dan di Jalur Gaza.
Pada Selasa lewat platform X, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mempertanyakan mengapa militer belum mengambil tindakan terhadap Engert, yang dipandang membocorkan rencana mereka.
Pada Minggu (25/8/2024), jet-jet tempur Israel meluncurkan lebih dari 40 serangan udara ke Lebanon selatan, serangan paling serius sejak serangan lintas batas antara Tel Aviv dan Hizbullah dimulai pada 8 Oktober 2023.
Baca Juga: Pemerintah Israel Sediakan Anggaran untuk Biayai Serbuan Pemukim Ilegal ke Masjid Al Aqsa
Tentara Israel mengeklaim serangan itu bertujuan untuk mencegah serangan roket oleh Hizbullah.
Di sisi lain, Hizbullah menyatakan telah meluncurkan ratusan roket dan rudal ke dalam wilayah Israel sebagai “fase pertama” tanggapan atas kematian komandan seniornya, Fouad Shukr, yang dibunuh Israel lewat serangan udara di Beirut.
Sejak 8 Oktober, Hizbullah dan tentara Israel terlibat dalam baku tembak setiap hari di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel, mengakibatkan ratusan korban jiwa, kebanyakan dari pihak Lebanon.
Peningkatan ketegangan ini terjadi di tengah latar belakang perang brutal Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 40.500 warga Palestina sejak 7 Oktober lalu setelah serangan dari Hamas.
Kampanye militer Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, meninggalkan banyak warga tanpa tempat tinggal, kelaparan, dan rentan terhadap penyakit.
Sumber : Anadolu/Times of Israel
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.