Kompas TV internasional kompas dunia

Kejutan! Pemimpin Tertinggi Iran Buka Peluang Negosiasi dengan AS Soal Program Nuklir

Kompas.tv - 27 Agustus 2024, 19:21 WIB
kejutan-pemimpin-tertinggi-iran-buka-peluang-negosiasi-dengan-as-soal-program-nuklir
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei menyatakan Teheran harus memberikan tanggapan atas tindakan Israel yang melancarkan serangan udara besar-besaran di Jalur Gaza, yang membalas serangan Hamas di Israel Selatan yang menewaskan lebih dari 1.400 warga sipil Israel, Selasa (17/10/2023). (Sumber: IRNA)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

DUBAI, KOMPAS.TV – Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei, secara mengejutkan membuka peluang untuk kembali mengadakan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) terkait program nuklir Iran yang terus berkembang, Selasa (27/8/2024).

Ali Khamenei menyampaikan kepada pemerintah sipil Iran bahwa tidak ada 'penghalang' untuk berdialog dengan 'musuh' mereka.

Pernyataan Khamenei menetapkan batasan yang jelas bagi negosiasi pemerintahan Presiden Masoud Pezeshkian, sambil memperingatkan AS tetap tidak bisa dipercaya.

Meskipun demikian, komentarnya ini mencerminkan pernyataan serupa yang ia sampaikan pada saat kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dengan kekuatan dunia, di mana program nuklir Iran dibatasi secara signifikan dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.

Namun, masih belum jelas seberapa banyak ruang yang dimiliki Pezeshkian untuk bermanuver, karena ketegangan di Timur Tengah masih tinggi, terutama terkait perang Israel-Hamas.

"Kita tidak perlu menggantungkan harapan pada musuh. Untuk rencana kita, tidak perlu menunggu persetujuan dari mereka," ujar Khamenei dalam sebuah video yang disiarkan oleh televisi pemerintah Iran. "Tidak ada yang bertentangan jika kita terlibat dengan musuh di beberapa tempat; tidak ada penghalang."

Baca Juga: Menlu Iran Janjikan Pembalasan Tuntas ke Israel atas Pembunuhan Ismail Haniyeh

Presiden Iran Masoud Pezeshkian bersama pemimpin tertinggi Ali Khamenei, Jumat, 12 Juli 2024. Khamenei, secara mengejutkan pada Selasa (27/8/2024), membuka peluang untuk kembali mengadakan negosiasi dengan Amerika Serikat terkait program nuklir Iran yang terus berkembang. (Sumber: AP Photo)

Khamenei, yang berwenang mengambil keputusan akhir atas semua urusan negara, juga memperingatkan kabinet Pezeshkian, "Jangan percaya pada musuh."

Khamenei, yang kini berusia 85 tahun, terkadang mendorong atau menolak negosiasi dengan AS setelah mantan Presiden Donald Trump secara sepihak menarik Washington dari kesepakatan nuklir.

Departemen Luar Negeri AS belum memberikan tanggapan segera terkait pernyataan Khamenei ini. Selama beberapa tahun terakhir, telah terjadi pembicaraan tidak langsung antara Iran dan AS yang dimediasi oleh Oman dan Qatar, dua perantara utama AS di Timur Tengah terkait isu Iran.

Sejak kesepakatan nuklir itu runtuh, Iran telah mengabaikan semua batasan yang ditetapkan dalam kesepakatan tersebut dan sekarang memperkaya uranium hingga kemurnian 60%, mendekati tingkat kemurnian yang dibutuhkan untuk senjata nuklir yaitu 90%.

Kamera pengawas yang dipasang oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah terganggu, sementara Iran juga melarang beberapa inspeksi dari pengawas paling berpengalaman di badan tersebut. Pejabat Iran juga semakin sering mengancam bahwa mereka bisa mengejar pengembangan senjata nuklir.

Sementara itu, ketegangan antara Iran dan Israel mencapai titik tertinggi selama perang Israel-Hamas di Jalur Gaza. Pada bulan April lalu, Iran melancarkan serangan drone dan rudal yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel setelah perang bayangan antara kedua negara mencapai puncaknya dengan serangan Israel terhadap gedung konsulat Iran di Suriah yang menewaskan dua jenderal Iran dan beberapa orang lainnya.

Baca Juga: Bunker Nuklir Iran Disebut Terlalu Dalam untuk Ditembus Bom Termutakhir AS, Washington Ketar-ketir

Fasilitas nuklir Iran di Natanz, Teheran. (Sumber: Atomic Energy Organization of Iran via AP, File)

Pembunuhan terhadap pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran juga memicu ancaman balasan dari Iran terhadap Israel.

Pezeshkian, seorang mantan anggota parlemen yang memenangkan pemilihan presiden setelah kecelakaan helikopter pada bulan Mei lalu menewaskan Presiden garis keras Ebrahim Raisi, sebagian besar berkampanye dengan janji untuk kembali bernegosiasi dengan Barat.

Pernyataan Khamenei sebagai pemimpin tertinggi Iran bisa memberikan perlindungan politik bagi Pezeshkian untuk melanjutkan rencananya tersebut. Menteri Luar Negeri baru Pezeshkian, Abbas Araghchi, adalah sosok yang terlibat langsung dalam negosiasi kesepakatan tahun 2015.

Pertemuan hari Selasa antara Khamenei dan kabinet Pezeshkian juga dihadiri oleh mantan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, yang membantu Iran mencapai kesepakatan tahun 2015 tersebut.

Setelah pertemuan itu, Zarif menyatakan dalam sebuah pesan online bahwa ia akan terus menjabat sebagai wakil presiden dalam pemerintahan Pezeshkian, meskipun sebelumnya ia sempat mengundurkan diri secara terbuka karena komposisi kabinet.


 

 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x