Kompas TV internasional kompas dunia

Rencana Pendirian Sinagoga Yahudi di Kompleks Masjid Al-Aqsa: Ada Protes dan Kecaman Internal Israel

Kompas.tv - 27 Agustus 2024, 06:22 WIB
rencana-pendirian-sinagoga-yahudi-di-kompleks-masjid-al-aqsa-ada-protes-dan-kecaman-internal-israel
Seorang kakek Palestina berjalan di dalam kawasan Masjid Al-Aqsa. Menteri Israel mengungkap rencana  untuk membangun sinagoga di dalam kompleks masjid Al-Aqsa, tempat suci bagi umat Islam, mengklaim umat Yahudi memiliki hak untuk berdoa di dalam Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur. (Sumber: We One Agency via Arab News)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Deni Muliya

YERUSALEM, KOMPAS TV - Pihak Kantor Perdana Menteri Israel dan sederet menteri memberikan reaksi keras atas rencana pendirian Sinagoga Yahudi di Kompleks Masjid Al-Aqsa.

Mereka menyatakan protes dan tidak setuju dengan rencana seorang menteri berpengaruh di Israel yang hendak mendirikan Sinagog di kompleks Masjidil Aqsa itu.

Kantor PM Benjamin Netanyahu merespons menteri yang mengusulkan, Ben-Gvir, dengan menyatakan status quo di Masjid Al-Aqsa tidak berubah. 

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, yang sering berselisih dengan Ben-Gvir mengutuk pernyataan tersebut.

"Menantang status quo di Temple Mount adalah tindakan berbahaya, tidak perlu, dan tidak bertanggung jawab. Tindakan Ben-Gvir membahayakan negara Israel dan status internasionalnya," kata Gallant dalam pernyataannya di platform X.

Menteri Dalam Negeri Israel, Moshe Arbel dari Partai Shas, menanggapi pernyataan Ben-Gvir dengan keras. 

Ia meminta Netanyahu untuk segera menegur Ben-Gvir.

"Kata-kata Ben-Gvir yang tidak bertanggung jawab membahayakan aliansi strategis Israel dengan negara-negara Islam yang berkoalisi melawan poros Iran," ujarnya, mengingatkan sikap Ben-Gvir bisa memicu konflik yang lebih luas.

Tidak hanya itu, partai-partai agama di Israel juga menentang langkah ini karena melanggar aturan kesucian yang mereka yakini.

Hal ini harus dipatuhi sebelum memasuki lokasi yang mereka sebut Temple Mount.

Kaum Yahudi Ortodoks menganggap tempat tersebut terlalu suci bagi orang Yahudi untuk memasukinya.

Baca Juga: Pemukim Ilegal Israel Serbu Al-Aqsa dan Lakukan Ibadah Yahudi di Tengah Eskalasi Kekerasan

Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben Gvir. (Sumber: The Star Turkey)

Menteri Keamanan Nasional Israel yang ekstremis, Itamar Ben-Gvir, sebelumnya kembali membuat pernyataan kontroversial. 

Ben-Gvir mengumumkan rencana  untuk membangun sinagoga di dalam kompleks masjid Al-Aqsa, tempat suci bagi umat Islam.

Ia mengklaim, umat Yahudi memiliki hak untuk berdoa di dalam Masjid Al-Aqsa yang terletak di Yerusalem Timur, wilayah yang diduduki Israel sejak 1967. 

"Kebijakan saat ini mengizinkan doa di Temple Mount (Masjid Al-Aqsa). Ada hukum yang setara untuk Yahudi dan Muslim. Saya akan membangun sinagoga di sana," kata Ben-Gvir, pemimpin Partai Kekuatan Yahudi, dalam wawancara dengan Radio Angkatan Darat Israel.

Ini adalah kali pertama Ben-Gvir secara terbuka mengutarakan rencananya membangun sinagoga di lokasi yang sangat sensitif tersebut. 

Sebelumnya, ia berulang kali menyerukan agar umat Yahudi diperbolehkan berdoa di Masjid Al-Aqsa yang terus memicu ketegangan.

Baca Juga: 2.000-an Yahudi Serbu Kompleks Masjid Al Aqsa, Blinken Semprot Menteri Israel: Ini Aksi Provokatif

Pernyataan Ben-Gvir muncul di tengah semakin seringnya pemukim ilegal Israel menyerbu kompleks Al-Aqsa dengan dukungan penuh dari polisi Israel, yang berada di bawah kendali Ben-Gvir. 

Langkah ini dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap status quo yang telah berlaku sejak sebelum pendudukan Israel.

Harian Israel Yedioth Ahronoth melaporkan adanya bukti video dan foto yang menunjukkan pemukim ekstremis Yahudi melakukan doa di Al-Aqsa, dengan pengawasan penuh dari polisi Israel.

Namun, hingga kini belum ada tanggapan dari pihak kepolisian terkait laporan tersebut.

Masjid Al-Aqsa, situs ketiga tersuci dalam Islam, terletak di Yerusalem Timur yang diduduki Israel sejak Perang Arab-Israel tahun 1967. 

Meskipun Israel menganeksasi seluruh kota pada tahun 1980, langkah ini tidak pernah diakui oleh komunitas internasional.

Di tengah ketegangan ini, Israel juga menghadapi kecaman internasional atas serangannya di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 40.400 orang sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, meskipun Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata segera.




Sumber : Anadolu




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x