Keputusan ini menimbulkan ketegangan di dalam tim negosiasi Israel, di mana beberapa anggota mendesak agar lebih banyak konsesi diberikan demi mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Sementara itu, Channel 12 Israel melaporkan bahwa Netanyahu secara tajam mengkritik tim negosiasi yang dipimpin oleh Kepala Mossad, David Barnea, karena dianggap terlalu banyak memberikan konsesi.
Kritik ini datang di tengah tekanan berat yang dialami Netanyahu dari keluarga sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.
Banyak dari mereka mengkritik kegagalan Netanyahu dalam mencapai kesepakatan, dan menuduhnya menghambat proses negosiasi demi kepentingan politik pribadinya.
Di sisi lain, Netanyahu juga menghadapi tekanan dari kalangan garis keras di kabinetnya, yang menentang keras setiap bentuk konsesi terhadap Hamas.
Meskipun demikian, Netanyahu tetap teguh pada pendiriannya, bahkan ketika jajak pendapat menunjukkan adanya peningkatan dalam peringkatnya yang sempat merosot tajam di awal perang.
Lebih dari 10 bulan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober lalu yang menewaskan sekitar 1.200 orang Israel dan menculik sekitar 250 sandera, Amerika Serikat terus mendesak Israel untuk menghentikan permusuhan.
Di pihak lain, serangan udara Israel telah menyebabkan kehancuran besar di Gaza dan menewaskan lebih dari 40.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan di wilayah tersebut.
Meski tekanan semakin kuat, Netanyahu berulang kali menyatakan bahwa ia bertujuan untuk mencapai kemenangan total atas Hamas, mengesampingkan segala bentuk konsesi yang dianggapnya akan melemahkan posisi Israel dalam konflik ini.
Baca Juga: Perpecahan Makin Terbuka, Menhan Israel Kecam Ben-Gvir karena Dianggap Mengancam Keamanan Nasional
Sumber : Al Arabiya
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.