Kompas TV internasional kompas dunia

Mesir Desak Israel Hengkang dari Koridor Philadelphi dan Perbatasan Rafah

Kompas.tv - 20 Agustus 2024, 13:51 WIB
mesir-desak-israel-hengkang-dari-koridor-philadelphi-dan-perbatasan-rafah
Koridor Philadelphi antara Gaza dan Mesir. Israel ngeyel dan bersikeras mempertahankan kendali atas koridor sepanjang 14 kilometer tersebut, sementara Hamas menuntut penarikan penuh Israel dari area itu, dan Mesir menegaskan Israel harus segera hengkang dan menarik pasukannya dari Koridor Philadelphi di perbatasan Gaza-Mesir dan dari perbatasan Rafah. (Sumber: Times of Israel)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

KAIRO, KOMPAS.TV – Mesir menegaskan Israel harus segera hengkang dan menarik pasukannya dari Koridor Philadelphi di perbatasan Gaza-Mesir dan dari perbatasan Rafah. 

Pernyataan ini muncul setelah media Israel salah melaporkan bahwa Mesir menyetujui keberadaan militer Israel di koridor Philadelphi dan kawasan perbatasan Rafah.

Sumber dari pemerintah Mesir, seperti dilaporkan Anadolu, Selasa (20/8/2024), membantah keras klaim tersebut dan menegaskan Mesir tetap menuntut penarikan penuh pasukan Israel dari kedua lokasi itu.

Desakan Mesir ini semakin kuat karena konteks serangan brutal Israel di Gaza, yang banyak dikutuk sebagai tindakan genosida. 

Baca Juga: Israel Bersikeras Kuasai Koridor Philadelphi di Gaza, Perundingan dengan Hamas Terancam Mentah Lagi

Peta koridor Philadelphi antara Gaza dan Mesir. Israel ngeyel dan bersikeras mempertahankan kendali atas koridor sepanjang 14 kilometer tersebut, sementara Hamas menuntut penarikan penuh Israel dari area itu. (Sumber: Jordan News)

Sejak serangan dimulai pada 7 Oktober 2023, lebih dari 40.130 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, tewas. Sementara itu, lebih dari 92.740 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Mesir dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, terus menuntut Israel untuk keluar dari Koridor Philadelphi dan perbatasan Rafah. 

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa pasukan Israel akan tetap berada di sana, memicu ketegangan lebih lanjut.

Netanyahu juga menolak gencatan senjata permanen dan menolak untuk menarik pasukan dari seluruh wilayah Gaza.

Pembicaraan gencatan senjata yang digelar di Doha, Qatar, pekan lalu, gagal mencapai kesepakatan yang diinginkan. 

Hamas menyatakan bahwa proposal yang diajukan Israel hanya memenuhi kepentingan mereka, tanpa memperhatikan kebutuhan mendesak untuk menghentikan perang dan penarikan militer dari Gaza.

Upaya mediasi oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir untuk mencapai kesepakatan, termasuk pertukaran tahanan dan gencatan senjata, hingga kini belum membuahkan hasil.

Baca Juga: Lebih dari 16.400 Anak Dibantai dalam Serangan Genosida Israel di Gaza sejak 7 Oktober

Pemimpin Hamas Yahya Sinwar. (Sumber: AP Photo/Adel Hana, File)

Sikap keras Netanyahu terus menghambat upaya ini, meskipun Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang menuntut gencatan senjata segera.

Di tengah serangan yang terus berlanjut, Gaza semakin hancur lebur. 

Jutaan warga Palestina terjebak dalam kondisi tanpa makanan, air bersih, dan obat-obatan yang memadai. 

Mesir, sebagai salah satu negara berpengaruh di kawasan, tetap kukuh menuntut Israel untuk segera menarik pasukannya dari Koridor Philadelphi dan perbatasan Rafah.

Tindakan Israel kini mendapat perhatian internasional, dengan tuduhan genosida yang diajukan di Pengadilan Internasional. 

Pengadilan tersebut telah memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di kota Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina berlindung sebelum kota itu diserbu pada 6 Mei lalu.

Desakan Mesir untuk penarikan pasukan Israel ini menjadi sorotan utama di panggung internasional, menuntut keadilan bagi rakyat Palestina dan penghentian segera kekejaman yang dilakukan Israel di Gaza.


 

 




Sumber : Anadolu / Al-Qaheera




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x