Banyak jenazah yang akhirnya dipindahkan atau dikuburkan kembali dengan terburu-buru untuk menghindari kehancuran lebih lanjut.
Hal itu menambah penderitaan bagi keluarga korban yang sudah kehilangan banyak anggota keluarga akibat serangan udara dan pengeboman.
Haneen Salem, seorang fotografer dan penulis dari Gaza Utara, telah kehilangan lebih dari 270 anggota keluarga besarnya.
"Saya tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaan melihat tubuh orang-orang yang saya cintai tergeletak di tanah, terpisah-pisah, sepotong daging di sini, tulang di sana," katanya.
Dalam situasi yang serba sulit ini, banyak keluarga Gaza hanya bisa berharap mereka masih hidup untuk menggali kuburan baru setelah perang berakhir, sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Baca Juga: Hamas Mulai Kehilangan Kepercayaan pada AS sebagai Mediator Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza
Di masa damai, pemakaman di Gaza adalah peristiwa besar yang melibatkan seluruh keluarga.
Jenazah dimandikan dan dibungkus kain kafan sesuai tradisi Islam, sebelum dibawa ke masjid untuk didoakan dan dimakamkan dengan layak.
Namun, dalam kondisi sekarang, ritual tersebut nyaris tidak ada lagi.
Bahkan, banyak keluarga yang harus menggali kuburan sendiri di tengah suara-suara perang yang terus bergema.
Seorang pekerja kamar mayat di Rumah Sakit Al-Aqsa Martyrs, Nawaf al-Zuriei, mengisahkan betapa sulitnya mempersiapkan jenazah dalam kondisi perang.
"Kami membersihkan darah dari wajahnya agar keluarganya bisa mengucapkan selamat tinggal," ujarnya.
Di tengah kekacauan ini, banyak kuburan yang rusak atau tidak bisa diakses lagi karena perintah evakuasi Israel.
Citra satelit menunjukkan bahwa banyak kuburan di Gaza yang hancur, dengan tanah yang rata tanpa bekas batu nisan, terkubur oleh jejak kendaraan berat militer Israel.
Meskipun militer Israel mengeklaim tidak memiliki kebijakan untuk menghancurkan kuburan, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pertempuran di daerah sipil yang padat telah merusak banyak kuburan.
Situasi di Gaza yang semakin tidak menentu ini tidak hanya menghancurkan kehidupan masyarakat, tetapi juga merusak penghormatan terakhir bagi mereka yang telah tiada.
Bagi banyak keluarga, pencarian jenazah yang hilang atau terkubur di bawah puing-puing menjadi beban tambahan di tengah penderitaan yang sudah begitu berat.
Mereka hanya bisa berharap bahwa suatu hari nanti, mereka dapat memberikan tempat peristirahatan terakhir yang layak bagi orang-orang tercinta yang telah pergi.
Baca Juga: Israel Disebut Telah Bunuh 2.100 Bayi dan Balita Palestina di Gaza, Teranyar Dua Bayi Kembar
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.