Kompas TV internasional kompas dunia

5 Fakta Afghanistan selama 3 Tahun Taliban Berkuasa: Berhasil Jalin Hubungan dengan China dan Rusia

Kompas.tv - 15 Agustus 2024, 01:30 WIB
5-fakta-afghanistan-selama-3-tahun-taliban-berkuasa-berhasil-jalin-hubungan-dengan-china-dan-rusia
Pemimpin tertinggi Taliban, Hibatullah Akhundzada. (Sumber: Ariana News)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

Namun, pengawas AS yang bertugas memantau dana tersebut mengatakan bahwa banyak yang dikenakan pajak atau dialihkan.

"Semakin jauh uang tunai dari sumbernya, semakin sedikit transparansi yang ada," kata Chris Borgeson, wakil inspektur jenderal untuk audit dan inspeksi di Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction.

Taliban juga menerapkan pajak yang ketat. Pada tahun 2023, mereka mengumpulkan sekitar $2,96 miliar atau sekitar Rp46 triliun. Namun, jumlah itu tidak banyak di negara dengan kebutuhan besar dan kompleks, dan Taliban tidak memiliki sarana untuk mendorong perekonomian.

Bank sentral Afghanistan tidak bisa mencetak uang sendiri. Uang tunai dicetak di luar negeri. Transaksi berbasis bunga dilarang karena riba dilarang dalam Islam, dan bank-bank tidak memberikan pinjaman. Taliban juga tidak bisa meminjam uang karena mereka tidak diakui sebagai pemerintah, dan perbankan internasional terputus.

Bencana alam dan arus warga Afghanistan yang kembali dari Pakistan di bawah tekanan menyoroti ketergantungan Afghanistan pada bantuan asing untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Ini adalah risiko besar jika komunitas internasional tidak dapat terus mengirim bantuan tersebut di masa depan. "Kita tahu Afghanistan akan mulai menerima lebih sedikit uang dari komunitas internasional," kata Muhammad Waheed, ekonom senior Bank Dunia untuk Afghanistan.

Pukulan besar lainnya bagi perekonomian adalah larangan Taliban terhadap pendidikan dan sebagian besar pekerjaan bagi perempuan, yang menghilangkan setengah dari populasi Afghanistan dari pengeluaran dan pembayaran pajak yang bisa memperkuat ekonomi.

Selain itu, kebijakan anti-narkotika Taliban "telah menghancurkan mata pencaharian ribuan petani," kata Bahiss, yang memperingatkan bahwa "hanya karena populasi saat ini patuh, bukan berarti akan terus seperti itu."

Baca Juga: Provinsi di Afghanistan Berlakukan Larangan Memotret dan Merekam Video Mahluk Hidup bagi Pejabatnya

Pelajar perempuan Afghanistan berfoto di sebuah ruang kelas di Kabul, Afghanistan, Kamis, 22 Desember 2022. Taliban, pekan ini, memerintahkan seluruh perempuan untuk tidak menghadiri kuliah di kampus swasta maupun negeri hingga pemberitahuan lebih lanjut. Sebelumnya, Taliban telah melarang siswi SMP dan SMA belajar ke sekolah. Mereka juga melarang perempuan bekerja di kebanyakan sektor pekerjaan, serta datang ke taman dan pusat kebugaran. (Sumber: AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Diplomasi dan Panggung Global

Afghanistan adalah negara kecil di kawasan raksasa, kata Bahiss, dan ada kesepakatan regional bahwa lebih baik memiliki Afghanistan yang stabil.

Namun, dukungan dari Barat, terutama AS, sangat penting untuk membuka miliaran aset yang dibekukan dan mencabut sanksi.

Hubungan Taliban dengan China dan Rusia sangat penting karena mereka adalah anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Mereka juga menduduki kursi di Komite Kredensial PBB, yang memutuskan apakah akan memberikan atau menahan legitimasi suatu pemerintah.

Untuk saat ini, negara-negara Teluk menjalin hubungan dengan Taliban sebagai bentuk antisipasi.

"Qatar suka dilihat sebagai pemimpin dalam upaya mediasi dan (Uni Emirat Arab) telah mengambil alih peran itu, terutama melalui dukungan penerbangan internasional," kata Bahiss.

Pertemuan tahun ini antara pemimpin UEA dan seorang pejabat Taliban yang menghadapi ancaman dari AS atas serangan menyoroti semakin dalamnya perpecahan global tentang bagaimana menangani Taliban.

Taliban ingin menekankan seberapa efektif mereka sebagai pemerintahan dan menunjukkan bahwa negara ini damai serta layanan disediakan, kata Weeda Mehran, dosen hubungan internasional di University of Exeter, Inggris.

Meskipun Afghanistan telah kehilangan puluhan media akibat penindasan Taliban, para penguasa negara ini telah memahami dampak media sosial. Konten mereka bertujuan untuk menormalkan pendekatan mereka terhadap hukum Islam, di mana pesan berbahasa Arab sangat penting.

"Ini adalah gambaran yang sudah dipoles dan dilunakkan dari apa yang sebenarnya terjadi di negara ini," kata Mehran.

Baca Juga: Marak Penembakan dan Penjualan Senjata ke Anak saat Idulfitri, Taliban Jamin Keamanan Afghanistan

Pasukan Taliban menduduki istana presiden Afghanistan di Kabul yang telah ditinggalkan Ashraf Ghani, Minggu (15/8/2021). (Sumber: AP PHOTO/ZABI KARIMI)

Aman, meski Tidak Sepenuhnya

Taliban telah mengamankan Afghanistan dengan pos pemeriksaan, kendaraan lapis baja, dan ratusan ribu pejuang. Namun, negara ini tidak sepenuhnya aman, terutama bagi perempuan dan minoritas, karena korban sipil akibat bom bunuh diri dan serangan lainnya masih terjadi.

Kelompok Negara Islam (ISIS) telah berulang kali menyerang lingkungan Dasht-e-Barchi yang sebagian besar dihuni oleh komunitas Syiah di Kabul. 

Polisi, yang lambat mengonfirmasi serangan dan jumlah korban, memberi tahu media bahwa penyelidikan sedang dilakukan, tetapi tidak menyebutkan apakah ada yang ditangkap.

Fenomena baru adalah kecemasan yang dialami perempuan Afghanistan saat Taliban menerapkan dekret tentang pakaian, pekerjaan, perjalanan, dan kewajiban memiliki pendamping pria saat bepergian.

"Pesan untuk media arus utama adalah bahwa keamanan di Afghanistan di bawah Taliban baik-baik saja," kata Mehran. "Tapi saya berpendapat, keamanan siapa yang kita bicarakan?"


 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA


Politik

Tok! DPR Sahkan Revisi UU Kementerian

19 September 2024, 13:13 WIB

FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x