Sejumlah negara seperti Rusia dan China menawarkan bantuan kemanusiaan, namun Pyongyang belum berniat menerima bantuan tersebut.
"Kami menghargai tawaran bantuan dari berbagai negara dan organisasi internasional," ujar Kim.
"Namun, yang paling penting bagi kami adalah kepercayaan pada kemampuan rakyat sendiri dan cara menyelesaikan masalah dengan berdikari."
Kim juga menolak bantuan yang ditawarkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, dengan alasan bahwa Korea Utara telah memiliki rencana pemulihan sendiri. Bantuan dari Moskow akan diminta jika benar-benar diperlukan.
Sementara itu, meskipun Korea Selatan juga menawarkan bantuan, kecil kemungkinan Korea Utara akan menerimanya.
Hubungan antara kedua negara berada dalam titik terendah, terutama karena ambisi nuklir Korea Utara yang semakin meningkat serta latihan militer gabungan antara Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang.
Tahun lalu, saat Korea Utara dilanda wabah Covid-19, mereka juga menolak bantuan dari Korea Selatan.
Dalam kunjungannya ke Uiju, Kim menuduh Korea Selatan melebih-lebihkan dampak dan jumlah korban banjir di Korea Utara. Ia menyebut hal ini sebagai "kampanye hitam" dan "provokasi serius" terhadap pemerintahnya.
Beberapa media di Korea Selatan melaporkan bahwa dampak banjir di Korea Utara mungkin lebih parah dari yang diakui pemerintah, dan jumlah korban jiwa diperkirakan bisa lebih dari 1.000 orang.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.