Selain itu, perahu-perahu yang membawa pengungsi Rohingya juga tenggelam di Sungai Naf yang memisahkan Myanmar dan Bangladesh pada 5 Agustus, menewaskan puluhan orang lainnya, menurut dua saksi mata dan media di Bangladesh.
Organisasi Medecins Sans Frontieres dalam pernyataannya mengatakan mereka telah merawat 39 orang yang melintasi perbatasan dari Myanmar ke Bangladesh sejak 3 Agustus dengan luka-luka akibat kekerasan, termasuk luka dari mortir dan tembakan. Para pasien menggambarkan bagaimana mereka melihat orang-orang dibom saat mencoba mencari perahu untuk menyeberangi sungai, menurut pernyataan tersebut.
Seorang juru bicara UNHCR, badan pengungsi PBB, mengatakan pihaknya mengetahui adanya pengungsi yang tewas akibat perahu yang terbalik di Teluk Benggala, dan mendengar laporan mengenai kematian warga sipil di Maungdaw, namun belum dapat memastikan jumlah korban atau kondisi yang terjadi.
Selama beberapa pekan terakhir, banyak warga minoritas muslim Rohingya yang meninggalkan Rakhine seiring dengan keberhasilan Arakan Army, salah satu kelompok bersenjata, dalam menguasai wilayah utara yang dihuni oleh banyak Rohingya muslim.
Baca Juga: Junta Militer Myanmar Paksa Warga Rohingya Wamil, Padahal Sempat Bantai Ribuan Orang Etnis Itu
Sebelumnya, Straits Times mengutip laporan bahwa milisi telah membakar kota Rohingya terbesar pada Mei lalu, meninggalkan Maungdaw, yang saat ini dikepung oleh pemberontak, sebagai pemukiman besar Rohingya terakhir selain kamp-kamp pengungsi yang menyedihkan di bagian selatan. Namun, Arakan Army membantah tuduhan tersebut.
Kelompok-kelompok aktivis mengecam serangan ini. Seorang diplomat senior Barat mengatakan ia telah mengonfirmasi laporan tersebut. "Laporan tentang ratusan Rohingya yang tewas di perbatasan Bangladesh/Myanmar ini, dengan berat hati, adalah benar," kata Bob Rae, Duta Besar Kanada untuk PBB dan mantan utusan khusus untuk Myanmar, dalam sebuah unggahan di X pada 7 Agustus.
Junta Myanmar menuding Arakan Army dalam sebuah unggahan di saluran Telegram mereka.
Milisi tersebut membantah keterlibatan mereka. "Menurut penyelidikan kami, anggota keluarga dari teroris mencoba pergi ke Bangladesh dari Maungdaw, dan junta menjatuhkan bom karena mereka pergi tanpa izin," kata juru bicara Arakan Army, Khine Thu Kha, merujuk pada muslim yang bergabung dengan kelompok bersenjata Rohingya yang melawan Arakan Army.
Mohammed Eleyas menceritakan bagaimana istri dan putrinya meninggal setelah serangan itu, dan upaya putus asanya untuk menemukan perahu yang bisa membawa mereka ke Bangladesh.
Sebelum istrinya meninggal, "Kami saling meminta maaf atas kesalahan yang mungkin telah kami lakukan selama hidup," katanya.
Sekitar tengah malam, Eleyas akhirnya menemukan sebuah perahu kecil dan berhasil menyeberang ke Bangladesh.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.