GAZA CITY, KOMPAS.TV – Hamas pada Sabtu (3/8/2024) mengumumkan mereka telah memulai proses untuk memilih ketua baru biro politik setelah pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran, Iran.
"Setelah syahidnya pemimpin kami, kepemimpinan gerakan memulai konsultasi luas untuk memilih ketua baru," kata pernyataan Hamas.
Hamas menegaskan kematian Haniyeh hanya akan membuat mereka semakin kuat dan bertekad melanjutkan perjuangan.
Hamas akan mengumumkan hasil konsultasi ini setelah selesai.
Haniyeh dibunuh hari Rabu pagi dalam serangan yang menurut pejabat Iran dilakukan oleh Israel. Pengawal pribadi Haniyeh juga tewas.
Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran yang baru, Masoud Pezeshkian.
Pada Minggu (4/8/2024), setidaknya 30 warga Palestina tewas dan puluhan terluka dalam serangan udara Israel di dua sekolah di Kota Gaza, menurut Badan Pertahanan Sipil.
Serangan tersebut menargetkan sekolah Hassan Salama dan Al-Nasr di barat Kota Gaza, kata juru bicara Pertahanan Sipil, Mahmoud Basal. "Sekitar 80 persen korban adalah anak-anak," tambahnya.
Ia menyebut pemandangan di dua sekolah yang dibom itu sebagai "tragis."
Baca Juga: Kata Terakhir Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh ke Ayatollah Ali Khameini, Kutip Ayat Al-Quran
"Tidak ada lagi tempat yang aman di Kota Gaza, dan Israel tidak menghormati kesucian apa pun," katanya.
Pada Sabtu, setidaknya 16 orang tewas ketika pesawat tempur Israel menghantam sebuah sekolah di Sheikh Radwan, Kota Gaza.
Menurut kantor media pemerintah Gaza, setidaknya 172 pusat penampungan telah menjadi target serangan Israel sejak 7 Oktober lalu, termasuk 152 sekolah.
"Lebih dari 1.040 orang telah tewas dalam serangan terhadap sekolah-sekolah, dan pembantaian ini merupakan bagian dari kejahatan berkelanjutan Israel terhadap rakyat Palestina selama 10 bulan berturut-turut," tambahnya.
Kantor media tersebut menyalahkan Israel dan Amerika Serikat (AS) atas "pembantaian yang terus berlangsung terhadap pengungsi dan warga sipil." Mereka menyerukan tekanan pada Tel Aviv dan Washington untuk menghentikan pertumpahan darah di Gaza.
Israel mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera dan menghadapi kecaman internasional atas serangan brutalnya di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Hampir 39.600 warga Palestina telah tewas sejak itu, kebanyakan perempuan dan anak-anak, dan hampir 91.400 terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Hampir 10 bulan perang, sebagian besar Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional ICJ yang memerintahkannya untuk segera menghentikan operasi militernya di kota Rafah, di mana lebih dari 1 juta warga Palestina telah mencari perlindungan dari perang sebelum kota tersebut diserbu pada 6 Mei.
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.